Sabtu, 26 November 2011

Terjangkit Virus Chicken Soup

"Gooool", teriak saya dan penonton lain saat nonton bareng (Nobar) Indonesia vs Malaysia di Gelora Bung Karno. Lagi seru pertandingan, karena sebelum gol terjadi pun kedua tim silih berganti menyerang.

Belum sempat melihat tayangan ulang gol tersebut karena layar terhalang oleh penonton lain yang berdiri, sebuah SMS masuk ke hand phone saya. Saya lihat pengirimnya dari Diana Sarahsanti, teman di Youth Islamic Stusy Club (YISC) Al-Azhar. "Gue lagi menghibur diri, beli Chicken Soup yang baru, Mengatasi Rasa Duka Karena Kehilangan. "Mudah-mudahan menenangkan," jawaban singkat saya.

Diana dua hari terakhir itu mungkin sedang bersedih. Di status Facebook sehari sebelumnya dia membuat status tentang kehilangan cincin kawinnya. "Sudah kehilangan orangnya,kasih sayangnya,sekarang giliran cincin kawin pemberiannya..Ya Allah kuatkanlah aku.." ucapnya di FB. Sebuah kondisi yang patut kita berikan empati kepadanya.

Tapi tulisan ini tidak akan bercerita tentang derita Diana. Karena kalaupun dia saat ini sedang bersedih, yang saya tahu Diana adalah sosok yang kuat, dan selalu ikhlas menerima semua hal yang menimpa kepadanya. Mudah-mudahan kali inipun dia akan kembali menunjukkan hal itu. Dan menurutku dia, sedang berusaha melakukannya, terbukti dengan membeli buku Chicken Soup for The Soul. Buat saya itu adalah pilihan yang tepat, walaupun bukan berarti satu-satunya pilihan, karena setiap orang punya caranya sendiri untuk mengatasi kesedihan.

Dalam buku Chicken Soup for The Soul banyak kisah-kisah inspiratif dan kisah-kisah yang bisa kita teladani. Biasanya kisah-kisah itu dikelompokkan dalam beberapa judul bab, seperti: Tentang Cinta, Tentang Kebaikan, Tentang Orang Tua dan Pengasuhan Anak, Tentang Belajar Mengajar, Mengatasi Hambatan dan beberapa lainnya. Di setiap judul seri buku Chicken Soup for The Soul bisa berbeda-beda pengelompokkan judul babnya.

A4th Course of Chicken Soup for the Soul adalah buku pertama yang saya baca dari buku seri Chicken Soup for The Soul ini. Di buku itu, ada kisah yang selalu saya ingat. Kisah itu dikelompokkan ke dalam bab Tentang Kebaikan, dan judulnya Kaki Besar-Hati Lebih Besar.

Tulisan diawali dengan sebuah sebuah pepatah dari Afrika. "Ketika perbuatan bicara, kata-kata tidak ada artinya.

Diceritakan seorang gadis kecil ingin membeli es krim. Sambil menggenggam uang dengan dia menghampiri sebuah toko es krim. Belum sempat dia mengucapkan sesuatu untuk membeli es krim, seorang petugas menghardik dengan galaknya menyuruh dia keluar dan disuruh untuk membaca tulisan di yang terpasang di pintu, dan memintanya tidak masuk lagi sebelum dia memakai sepatu.

Saat bersamaan seorang pria bertubuh besar keluar dari toko es krim tersebut. Dia melihat gadis kecil itu keluar dari toko dan berdiri di depan pintu sambil membaca sebuah pengumuman di pintu. "Tidak Memakai Sepatu Tidak Boleh Masuk".

Anak kecil itu berdiri terpaku membaca tulisan itu, perlahan di kedua pipinya mengalir air matanya. Dengan perlahan anak kecil itu berbalik dan meninggalkan toko itu. Tiba-tiba lelaki besar itu memanggilnya sambil duduk di pinggiran jalan. Pria itu melepas sepatunya yang berukuran besar dan meletakkan sepatunya di depan anak kecil tersebut. "Pakailah sepatu saya, mungkin kamu akan kesulitan berjalan dengan sepatu itu, tapi kamu akan mendapatkan es krim," ucapnya. Sebelum anak itu menjawab lelaki besar itu mengangkat anak itu dan memasukkan kakiknya ke dalam sepatu besar miliknya.

Dengan kesulitan anak itu berjalan, tapi tidak berapa lama dia kembali dengan membawa es krim. Dengan senyum dan mata berbinar anak itu menghampiri lelaki besar itu. Lelaki besar itu pun tersenyum melihat kebahagiaan anak itu.

Sederhana apa yang dilakukan oleh lelaki berbadan besar itu. Tapi buat saya, dia lelaki yang berhati besar.

Terima Kasih

Warsa Tarsono.

Tulisan lain:
Inspirasi dari Buku Chicken Soup for The Soul
Aksi Mahasiswa UI Menjadi Sesuatu Banget
Jejak Kerja Keras Bapakku
PAYISC, Memaknai Hidupku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar