Rabu, 31 Desember 2008

Booming Media 'Merah' di Tengah Atmosfer Kehidupan Kita


JAKARTA) - Atmosfer kehidupan kita sudah lama dibanjiri koran, majalah maupun tabloid yang mengeksploitasi kekerasan dan pornografi. Sebenarnya sudah banyak pihak yang menyuarakan protes dan keberatan atas kehadiran media-media semacam ini. Namun suara mereka seperti mengisi ruang kosong, tidak ada yang menanggapi apalagi mengambil tindakan untuk menertibkan media-media "merah" yang begitu vulgar mengumbar syahwat dan kekerasan.

Seruan boikot pun tidak begitu ditanggapi, kecuali oleh mereka yang benar-benar sadar dan kritis akan dampak media-media kasar dan porno ini terhadap moral masyarakat. Sepertinya tidak ada satupun kekuatan yang mampu menyensor apalagi mengendalikan kehadiran media-media semacam ini. Apakah kita hanya berdiam diri menontot makin bebas dan vulgarnya media-media "merah" beredar di masyarakat ?
Dampak Kebebasan Pers Dan Aturan Yang Lemah ?
Bahwa kekerasan entah itu tindak kriminal atau kekerasan seksual terjadi di masyarakat, adalah sebuah fakta yang bisa menjadi bahan berita bagi media massa. Berita-berita semacam ini, sebenarnya bisa menjadi kontrol sosial agar masyarakat waspada dengan ancaman kekerasan dan kejahatan. Sepanjang penyajiannya sesuai dengan kaidah jurnalistik dan tidak melanggar etika, tentu tidak jadi masalah.

Persoalannya, media-media tertentu menyajikannnya dalam bentuk yang sangat vulgar baik dalam bentuk gambar maupun gaya penulisan beritanya. Yang tambah memprihatinkan, media-media non-berita yang menjual aurat perempuan juga kian marak dan dijual bebas dengan harga yang murah meriah. Sehingga anak-anak dibawah umur pun bisa membacanya. Sebut saja koran Lampu Merah, tabloid Hot, WOW, Pop, Lipstik dan masih banyak lagi.

Munculnya koran dan tabloid-tabloid semacam itu, merupakan salah satu ekses kebebasan pers di Indonesia yang mulai terbuka pada era reformasi. Pakar di bidang pers yang pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Pers Atmakusumah ketika dimintai pendapatnya mengungkapkan, tiap kali kebebasan pers dibuka di negara-negara demokrasi, eksesnya pasti ada. Yaitu munculnya media-media baru yang jumlahnya kadang sampai overdosis.

“Overdosis disini maksudnya, akan timbul upaya-upaya kreatif pengelola media pers untuk menciptakan apa saja yang menurut mereka bisa disajikan, karena ada pasar. Jadi ada 2 hal, ekses overdosis dari kebebasan pers, dan kedua karena adanya pasar,” jelas Atmakusumah.

Sedangkan dari sisi undang-undangnya, Atmakusumah menyatakan perangkat undang-undangnya sebenarnya sudah tersedia. Tapi pasal-pasalnya masih banyak yang multi interpretable. Misalnya soal definisi pornografi, “Sampai sekarang dimanapun di dunia tidak ada definisi yang pas untuk pornografi, di tiap kelompok atau tiap bangsa,” tambahnya.

Sementara itu, Warsa Tarsono dari Aliansi Masyarakat Anti Pornografi dan Pornoaksi (AMAPP) cenderung melihat lemahnya pemerintahan kita dalam mengatur munculnya media massa yang bisa menyebabkan terjadinya penyimpangan moral dan etika.

Warsa Tarsono yang pernah membuat hasil pemantauan tentang peredaran tabloid-tabloid pornografi itu menyatakan, peredaran media-media semacam ini, termasuk koran-koran yang dianggap vulgar dalam memberitakan peristiwa kriminal dan kekerasan, sudah dalam taraf yang mengkhawatirkan. Untuk itu, menurut Warsa sudah saatnya dibuat regulasi untuk menertibkan peredaran media-media seperti ini.

Deregulasi macam apa yang sebaiknya dibuat? Pakar pers yang masih mengajar di Lembaga Pers Dr. Soetomo Atmakusumah menyatakan, Dewan Pers pernah mengusulkan sebaiknya dibuat Undang-Undang Distribusi. “Dengan begitu kita tidak terlibat dalam perdebatan misalnya apa itu pornografi, seberapa jauh batasannya. Tapi, pokoknya setiap media apakah media pers atau bukan pers, kalau memang keberadaannya ditentang oleh masyarakat, maka distribusinya atau penjualannya bisa dibatasi,” tukasnya.

Hal ini menurut Atmakusumah dilakukan di berbagai negara, misalnya media-media serupa itu hanya boleh dijual di toko-toko tertentu. Dan di toko tertentu itupun ditempatkan di tempat tertentu, tidak dijual secara terbuka di pinggir jalan. Dengan adanya regulasi semacam ini, kata Atmakusumah, paling tidak kita tidak terjerumus dalam larangan-larangan yang mengandung penafsiran beragam.

Lebih lanjut Atmakusumah mengatakan, dirinya tidak terlalu setuju kalau larangan-larangan muncul kembali, termasuk untuk media-media yang dianggap berisi pornografi dan kekerasan. “Kalau ingin ada pelarangan atau pembatasan yang lebih ketat, kembalikan saja pada hukum dan ajukan ke pengadilan. Putusan hakim nantinya pasti tidak memuaskan bagi sebagian masyarakat,” tandas Atmakusumah.
Kuncinya Ada di Masyarakat Sendiri

Berita kriminal atau kekerasan atau yang berbau pornografi harus diakui mampu menarik perhatian publik, sehingga cukup menguntungkan dari sisi pasar. Tapi jangan lupa, apa yang disajikan media bisa ditiru masyarakat, sesuai fungsi media sebagai penghubung dua kepentingan atau lebih. Tak heran kalau saat ini, media massa sering dituding sebagai salah satu penyebab turunnya moral masyarakat, termasuk remaja. Dan masyarakat konsumen media pun seolah dibuat tak berdaya dengan serangan media-media yang mengumbar kekerasan dan pornografi.

Tapi sebenarnya, masyarakat bukanlah pasien yang tidak berdaya. Mereka dinilai memiliki daya selektivitas dan filter berdasarkan tingkat pendidikan dan pengalamannya. Pertahanan masyarakat sebenarnya lebih kuat dari sekedar bisa menyaring media mana yang layak menurut ukuran mereka. Mereka bisa saja langsung membuang koran yang memang tidak mereka sukai, atau tidak membelinya.

Warsa Tarsono, dari Aliansi Masyarakat Anti Pornografi dan Pornoaksi menyatakan, karena sekarang era kebebasan pers, pada akhirnya tidak ada lembaga yang punya otoritas yang mengatur peredaran media yang berbau pornografi dan kekerasan. Maka gerakan masyarakatlah yang kemudian diharapkan mampu mengontrol media-media semacam itu. “ Pers hanya punya kewajiban etika. Cuma masalahnya jangankan etika yang tidak ada sangsinya, etika yang ada hukumannya saja masih dilanggar,” tegas Warsa.

Gerakan Masyarakat yang makin kuat, dinilainya, menjadi satu-satunya harapan agar bisa mengadukan kekerasan ataupun pornografi di media itu ke pengadilan.

Sementara Atmakusumah berpendapat lain. Kehadiran media-media semacam itu, menurutnya, tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Karena kalau ada media yang dianggap keterlaluan, pengelolanya bisa dipanggil oleh Dewan Pers dan diajak berdiskusi. Kasus semacam ini, lanjutnya, pernah terjadi dengan Harian Rakyat Merdeka yang sering membuat judul-judul yang sensational. Setelah pengelolanya dipanggil dan diajak berdiskusi, akhirnya ada perubahan.

Dari sisi masyarakat, Atmakusumah melihat tidak ada persoalan, karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang heterogen. Menurutnya, harus ada penelitian yang lebih mendalam soal dampak media-media yang mengumbar kekerasan dan pornografi ini bagi masyarakat, sebelum memberikan penilaian bahwa media seperti ini hanya memberi dampak negatif bagi masyarakat.
Lampu Merah Tetap Pertimbangkan Etika
Lampu Merah sering dinilai sebagai media yang terlalu vulgar mengumbar kekerasan dalam berita-berita kriminalnya, baik dari sisi gambar maupun penulisan berita, khususnya judul berita. Namun harus diakui koran ini cukup diterima masyarakat, terbukti oplahnya yang cukup tinggi sekitar 115.000 eksemplar di Jabotabek, bahkan peredarannya sudah meluas ke beberapa daerah di Jawa dan luar Jawa.

Koran yang pertama terbit tanggal 26 November 2001 ini, menurut Redaktur Kriminalnya Tole Sutrisno, memang dikhususkan untuk berita-berita kriminal, dan dulu pernah memasang moto Love, Peace and Friend. Selain berita-berita kriminal, koran ini juga memuat informasi seputar kesehatan dan seksual, kekerasan dalam rumah tangga dan berita-berita olahraga.

“Kita menyajikan berita kriminal tapi tidak menyajikan sesuatu yang ‘ngeri’ gitu. Kita menyajikannya dengan soft,” kata Tole, ketika ditanya soal adanya penilaian miring terhadap koran Lampu Merah. Menurutnya, apa yang disajikan lampu merah baik dalam bentuk foto maupun judul berita tidak menyalahi aturan dan kaidah jurnalistik, karena itu sebagai penegasan berita dan bisa membuat orang tergelitik untuk membaca.

Tole tidak menampik, ada kepentingan bisnis untuk menarik pangsa pasar agar tertarik membeli lampu merah. Apalagi Lampu Merah memang mengambil segmen untuk kalangan bawah, sehingga harus menggunakan bahasa-bahasa yang sederhana. “Kita sebenarnya menyajikan jurnalistik simpel, bagaimana supaya masyarakat mengerti gitu aja,” ujar Tole.

Lebih lanjut Tole mengungkapkan, pihaknya juga punya kepedulian dengan kepentingan konsumen. Untuk itu, Lampu Merah pernah melakukan audisi dengan MUI, yang justru waktu itu yang dipermasalahkan soal iklan. Selain itu lampu merah juga sering menyisipkan tip untuk pembacanya, misalnya untuk berita yang tidak layak dibaca anak dibawah umur. Pesan-Pesan ini disisipkan dalam bentuk berita, aku Tole Sutrisno pada eramuslim. (lena/sultoni/eramuslim)

Tulisan ini diambil dari Swaramuslim.net

Baca selengkapnya......

Masjid dan Pemberdayaan Masyarakat (2)


MASJID AGUNG SUNDA KELAPA
Rumah Sehat dan Beasiswa Bagi Anak Yatim

Matahari belum terlalu terik, saat para petugas Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) sedang mempersiapkan ruangan Aula Sakinah. Setiap hari jum’at para petugas memang mempunyai kesibukan tambahan, maklum setiap hari tersebut Masjid akan dipenuhi oleh banyak jamaah yang akan melakukan sholat jumat. Jamaah yang datang dan melakukan sholat, tidak saja memenuhi ruangan utama sholat bahkan Aula Sakinah dan halaman Masjid Agung Sunda Kelapa.

Sementara para petugas (Marbot) sedang mempersiapkan tempat sholat, di gedung depan Masjid Agung Sunda Kelapa ada kesibukan lain. Sebuah gedung bercat warna hijau berlantai lima. Dari jauh sudah terlihat gedung tersebut bertuliskan Rumah Sehat Masjid Agung Sunda Kelapa. Di dalam gedung tersebut dua orang ibu-ibu sedang menghadap petugas di sana. Mereka sedang mendaftarkan diri untuk mendapat pelayanan kesehatan. Ibu pertama bernama Kusninah mendaftarkan anaknya yang bernama Siti Jubaidah yang terkena penyakit kuning. Sementara Ibu kedua yang bernama Imas Rostiawati mendaftarkan anak dan suaminya, anaknya terkana sakit batuk, sedang suaminya terkena hernia.

“Sudah enam kali kami berobat ke sini, dua kali anak saya, saya tiga kali dan suami saya sekali”. Jawab ibu Imas saat ditanya seberapa sering berobat ke Rumah Sehat MASK. Ibu Imas mengaku senang dengan adanya Rumah Sehat MASK, disamping karena gratis pelayanannya juga bagus. “Petugas disini ramah, disamping itu dokternya mau menjawab setiap pertanyaan yang kami tanyakan. Berbeda dengan kalau saya berobat ke puskesmas, sering kalau kami bertanya mereka menjawab dengan ketus”. Tutur pak Sahrudin Malik suami dari ibu Imas.

Rasa senang juga diungkapkan oleh ibu Kusninah. “Saya baru pertama kami berobat ke sini, saya senang karena tidak bayar, kami merasa terbantu”. Tutur bu Kusninah.

Sejak 14 September 2007, di Masjid Agung Sunda Kelapa terdapat kesibukan lain diluar kegiatan keseharian yang sifatnya peribadatan. Sejak tanggal tersebut Masjid Agung Sunda Kelapa yang bekerjasama dengan Dompet Dhuafa Republika mengoperasikan Rumas Sehat. Sebuah layanan kesehatan yang diperuntukan bagi kalangan kaum dhuafa. Mereka yang tergolong dhuafa akan mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis. Perismian beroperasinya Rumah Sehat tersebut dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Sejak beroperasinya, Rumah Sehat menerima kurang lebih 30 pasien setiap harinya. Adapun pelayanan diberikan oleh Rumah Sehat MASK meliputi: pemeriksaan umum dan spesialis, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan rontgen polos, perawatan gigi, bersalin, obat, transportasi ambulance dan tindakan gawat darurat. “Untuk layanan spesialis saat ini kami sedang menunggu proses izin dari departemen kesehatan”. Ungkap Dr. Fachrizal Achmad, M, Si, direktur Rumah Sehat tersebut. Adapun layanan penyakit spesialis meliputi penyakit dalam, anak, bedah dan kebidanan. “Semula kami menginginkan adanya rawat inap, tetapi karena lokasi Rumah Sehat ini dekat masjid yang notabene tempat berkumpul dan lalu lalang banyak orang, Ibu menteri tidak mengizinkan”. Lanjut dr. Fachri.

Rumah Sehat, sebuah nama yang belum lazim untuk sebuah layanan kesehatan. Selama ini kita lebih mengenal istilah rumah sakit atau klinik. Terhadap hal ini dr. Fachrizal memberikan argumentasinya. “Kami ingin merubah paradigma masyarakat tantang layanan kesehatan”. Dalam pandangan dr. Fachrizal selama ini banyak orang datang ke rumah sakit dengan terpaksa, terpaksa karena sakit. Lebih miris lagi mereka datang ke rumah sakit bukannya mendapat kesembuhan tetapi menambah penyakit yang disebabkan ketidakpuasan pelayanan dan beban biaya. “Nah beban-beban seperti itu ingin kami hilangkan, terutama bagi kalangan orang-orang yang memang sudah terbebani kehidupannya karena kekurangan ekonomi. Kami ingin menciptakan bawah sadar dalam pikiran orang yang datang kesini, mereka akan sehat”. Tuturnya bersemangat

Ternyata hal itu dirasakan oleh pasien yang datang ke situ. Menurut pengakuan ibu Imas, dia merasakan adanya perasaan senang dan yakin akan kesembuhannya. “Kami berobat kesini seperti kami mau jalan-jalan, kami saling mengajak saat ada diantara kami mau berobat”. Imbuhnya.

Rumah Sehat merupakan salah satu Masjid Agung Sunda Kelapa, selain program tersebut mereka mempunyai program-program lain dalam pelayanan terhadap jamaah dan ummat. Ada empat bidang antara lain: Bidang keagamaan, sosial, usaha dan pendukung operasi. Bidang keagamaan meliputi ibadah mahdah, zakat, infak, shodaqoh dan wakaf, dakwah dan majelis ta’lim. Bidang Usaha meliputi penyewaan propoerti, koperasi dan jasa pelatihan. Sementara bidang sosial meliputi pembinaan individu, institusi dan remaja islam.

Dalam bidang sosial pembinaan individu mempunyai program beasiswa bagi anak-anak yang kurang mampu. Jumlah anak yang diberi biaya sekolah mencapai 200 anak. Mereka diberikan beasiswa sampai tingkat SMA. Selain diberikan biaya sekolah mereka, dibina keagamaannya seminggu sekali. Sementara untuk orang tua mereka, diadakan pengajian sebulan sekali.

Masjid Agung Sunda Kelapa juga selalu mengadakan kegiatan tanggap darurat, seperti bantuan kepada orang-orang yang terkena bencana alam. Selain memberi bantuan yang berbentuk sandang dan pangan, juga membantu mendirikan kembali masjid-masjid yang hancur karena bencana alam tersebut.

Salam

MWT

Tulisan ini sudah dimuat di Majalah Madina. Tulisan tentang masjid lainnya akan diposting menyusul.

Baca selengkapnya......

Pengalaman Mewawancarai Ketua MPR RI


Minggu kemarin saya ditugaskan oleh Majalah Madina untuk mewawancarai Ketua MPR Dr. Hidayat Nur Wahid. Majalah Madina adalah tempat dimana saya nyambi sebagai wartawan. Saya diminta mewawancarai Pak Hidayat tentang usulan Pak Hidayat terhadap MUI untuk membuat fatwa haram golput.

Walaupun dunia jurnalistik bukan sesuatu yang baru buat saya, tetapi profesi resmi sebagai wartawan baru kali ini.

Semula saya agak ragu untuk dapat menghubungi Pak Hidayat, karena waktu yang sudah agak mepet. Akhirnya saya mencoba mengubungi teman-teman aktivis PKS yang saya kenal, dari dia kemudian saya mendapat nomor telepon Pak Umar, sekretaris Pak Hidayat.

Secepatnya saya menghubungi Pak Umar. Dari Pak Umar saya dianjurkan untuk menghubungi Pak Dikarno, orang sekretariat MPR. Pak Dikarno menyarankan saya untuk membuat surat dan dikirim melalui fax. Saya ikuti prosedur tersebut, setelah dikirim saya mengkonfirmasi ke Pak Dikarno, apakah suratnya sudah diterima. "Sudah, dan sudah taroh di meja Bapak". Jawab Pak Dikarno.

Mendengar jawaban tersebut, saya lega, kemudian merencanakan untuk mengkonfirmasi besok harinya. Esok harinya, waktu menunjukan sekitar pukul 8 pagi, saat itu saya masih bersiap untuk berangkat kerja. Tiba-tiba HP saya berdering, dan dari sebrang terdengar suara, "Ini Pak Warsa?". "Iya Pak". "Bapak besok diterima untuk wawancara jam 1 siang". Saya kaget dan surprise mendengar berita itu. "Oh iya pak, terima kasih". Jawab saya."Bapak besok ketemu saya dulu". Iya pak, terima kasih, jawab saya kembali. Saya pun merencanakan untuk mengkonfirmasi kembali pagi harinya sebelum saya bernagkat wawancara.

Esok harinya saya pun masih bersiap, waktu sekitar pukul 8an. HP saya berdering dan saya angkat, terdengar suara dari HP saya. "Dengan Pak Warsa?". "Iya Pak". "Jadi Pak wawancara dengan Pak Hidayat?". "Jadi". "Saya mau konfirmasi aja, Bapak datang sebelum jam 1 ya, takutnya Bapak ada acara lain". "Iya Pak". Terima kasih Pak. Kami menutup pembicaraan.

Pukul 12.30 saya sudah di gedung MPR dan langsung menuju ruangan Pak Hidayat Nur Wahid. Petugas keamanan di MPR bertanya tantang keperluan saya, dan saya katakan saya sudah punya janji untuk mewawancarai Pak Hidayat Nur Wahid. Petugas mempersilahkan saya untuk masuk. Saat saya sedang menunggu lift terdengar suara petugas keamanan di sana berkoordinasi dengan petugas yang jaga di ruangan ketua MPR menggunakan HT. "Monitor, ini ada satu orang walet menuju ke sana, dia sudah punya janji dengan pak Hidayat untuk wawancara, gitu ganti". "86". Terdengar jawaban dari suara HT nya.

Mendengar percakapan tersebut saya tersenyum sendiri. "Oooh walet toh istilah buat wartawan, baru tahu aku". Ucap saya dalam hati. Saya tahu para petugas keamanan sering menggunakan istilah-istilah sendiri untuk percakapan antara mereka. Dan itu saya tahu setelah beberapa lama bergaul dengan petugas keamanan di Al Azhar. Untuk areal sekolah misalnya mereka menggunakan istilah solo, ada juga medan 1 dan medan 2 dst.

Saya sampai di lantai ruangan Pak Hidayat langsung disambut oleh petugas di sana, petugaspun langsung memberikan khabar kepada saya. "Pak Hidayat masih di jalan, Bapak diminta nunggu, silahkan Bapak bisa nunggu di situ". Sambil menunjuk kursi tamu yang ada di lantai itu. "Oke Pak, kalau mau sholat dulu dimana Pak? Tanya saya. "Oh di sana, sini saya antar" Sambil bergegas mengantarkan saya ke tempat sholat. Saya merasa surprise mendapat perlakuan tersebut. Semula saya berharap cuma ditunjukkan tempatnya saja, tetapi malah dia mengantarkan saya sampai ke tempat sholat tersebut. Saya kagum atas perlakuan tersebut, dalam hati, saya merasa bangga ternyata gedung MPR mempunyai petugas yang bisa memberi pelayanan dengan baik, seperti sering saya temui di gedung-gedung swasta.

Saya tadinya mafhum kalau di gedung MPR ini petugasnya sama dengan gedung-gedung pemerintah lainnya, yang sering kali cuek sama tamu-tamu yang datang. Kalau diminta menunjukan sesuatu, kebanyakan mereka sering menjawab seadanya dan kemudian berlalu. Tetapi saat ini di gedung MPR tidak, jadi saya surprise sekali.

Beberapa waktu setelah menunggu, Pak Hidayat datang, tak lama kemudian saya diminta untuk masuk ruangan. Saat inipun saya menerima pelayanan yang memuaskan, saya diantar ke ruangan, dan kemudian dipersilahkan dengan sopan oleh petugas.

Tak lama saya langsung mewawancarai Pak Hidayat, ada beberapa pertanyaan saya ajukan, tetapi memang lebih banyak mengenai usulan dia agar MUI membuat fatwa. Dari wawancara tersebut saya mengetahui latar belakang Pak Hidayat memberikan usulan tersebut. Argumen-argumennya cukup rasional, dan menunjukan dia sebagai seorang negarawan.

Terus terang saya sendiri semula berencana untuk golput pada pemilu legislatif, tetapi akan memilih saat pemilu presiden. Dengan argumen Pak Hidayat saya berpikir untuk merubah rencana saya, walaupun belum tentu akan memilih PKS. "Yang penting gunakan hak pilih". Sedikit saya kutifkan wawancara beliau.

Untuk lebih lanjut mengetahui hasil wawancara saya silahkan membacanya, tentu saja dengan membeli Majalah Madina. website Majalah Madina: www.madina.co.id.

Selama saya menjalani preses wawancara tersebut, ada dua hal yang membuat saya surprise. Pertama keseriusan staf MPR menjadwalkan dan memberikan pelayanan wawancara saya dengan Pak Hidayat. Kedua Pelayanan para petugas keamanan yang maksimal terhadap saya. Untuk itu saya berdoa semoga mereka menjadi orang-orang yang selalu bisa dibanggakan.

Tapi sayangnya saya masih melihat beberapa staf lain dengan cueknya merokok di tempat yang terlarang untuk merokok, di gedung MPR tentunya. Ketika fotografer saya menegornya staf tersebut dengan seenaknya menjawab "Saya bukan merokok, tapi memegang rokok", padahal rokok yang dia pegang menyala. Terselip rasa sedih dalam hati saya.

Wassalam,

MWT

Baca selengkapnya......

Selasa, 30 Desember 2008

Masjid dan Pemberdayaan Masyarakat (1)


MASJID AGUNG AL-AZHAR
Pinjaman Pengembangan Usaha, Poliklinik dan Rumah Gemilang

Seorang perempuan muda turun bergegas dari Halte Busway di depan Masjid Agung Al-Azhar. Waktu menunjukan hampir jam tujuh malam. Karena tidak ingin kehabisan waktu maghrib, perempuan itu berjalan dengan cepat. Adegan seperti itu sering kali didapati di depan Masjid Agung Al-Azhar. Mungkin karena keberadaannya dekat terminal Blok M, banyak orang menjadikan Masjid Agung Al-Azhar sebagai tempat transit dan melaksanakan sholat maghrib sebelum melanjutkan perjalanannya.

Masjid Agung Al-Azhar termasuk masjid tua yang masih tetap kokoh berdiri. Dan di Masjid tersebut ulama besar Buya Hamka dulu beraktivitas dan mengembangkan dakwahnya.

Kini disamping kiri dan kanan masjid tersebut berdiri bangunan yang lebih tinggi. Bangunan sebelah kakan masjid difungsikan sebagai sekolah al-azhar dari Taman kanak-kanak sampai SMA dan bangunan sebelah kiri digunakan Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI). Al-Azhar memang, disamping terkenal dengan masjidnya juga terkenal dengan pendidikannya.

Al-Azhar dikelola oleh Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar. Dibuat tiga bidang kelompok program. Pertama Bidang Dakwah, kedua bidang pendidikan dan ketiga bidang usaha.

Bidang Da’wah meliputi pengelolaan masjid, menyelenggarakan kegiatan-kegiatan ibadah dan beberapa kegiatan yang sifatnya keagamaan. Di setiap Masjid yang di kelola YPI Al-Azhar bentuk pengurus Takmir. Pengurus takmir ini yang kemudian bertanggungjawab untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan dibawah kemasjidan termasuk di dalamnya pengelolaan Aula Buya Hamka yang disewakan kepada masyarakat umum sebagai sumber keuangan pengelolaan masjid.

Sumber keuangan lain diperoleh dari penggalangan infak dan zakat jamaah dan masyarakat umum. Dari dana infak dan zakat inilah kemudian pengurus takmir membuat program-program keagamaan dan sosial. Program sosial yang saat ini dilakukan adalah pemberian beasiswa kepada anak-anak yatim, yang dikelola oleh yayasan-yayasan anak yatim yang bermitra dengan Al-Azhar.

Selain itu kegiatan sosial lainnya yang sedang dijalankan adalah pemberdayaan ekonomi yang bekerjasama dengan PT. Prima Heza Lestari (PT PHL). Bentuk pemberdayaannya adalah memberikan pinjaman untuk pengembangan usaha dibawah pengelolaan PT. PHL tersebut. Bentuk kerjasamanya adalah Al-Azhar memberikan dana zakat kepada PT. PHL dan melakukan pengawasan, sementara PT PHL berkewajiban mengelola dana tersebut dan secara rutin memberikan laporannya.

Pada tahap pertama kerjasama Masjid Al-Azhar memberikan dana sebesar 15 juta yang disalurkan kepada 31 orang. Program ini dimulai pada bulan Mei 2007. Setelah program ini berjalan beberapa bulan masyarakat antusias menerima program ini. Saat ini masyarakat semakin banyak yang mengajukan diri untuk mendapat pinjaman dana tersebut. Disamping karena cicilannya ringan, pinjamannya juga tidak berbunga, hanya memberikan infak pengelolaan. Jumlah orang yang diberikan pinjaman pada bulan Desember bertambah menjadi 58 orang.

Saat ini masjid Al-Azhar merencanakan menambah jumlah dana yang akan disalurkan sebesar 47 juta. “Kami puas dengan pelaksanaan program ini, selanjutnya bahkan kami akan mengembangkan ke wilayah lain. Kami akan mencoba dengan menggunakan jaringan masjid”. Ungkap Abdurrahman Gayo salah seorang Pelaksana Harian Takmir Masjid Agung Al-Azhar.

Kegiatan lain yang berorientasi sosial dilingkungan Masjid Agung Al-Azhar di lakukan oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar. Lembaga ini dibawah tanggungjawab Bidang Usaha YPI Al-Azhar. Kewenangan lembaga ini yaitu melakukan penggalangan zakat kepada jamaah Al-Azhar dan masyarakat umum, dari dana yang terkumpul LAZ membuat program-program sosial.

Banyak program yang telah digulirkan oleh LAZ Al-Azhar antara lain: Poliklinik umum dan gigi, pemberdayaan pengrajin, pemberdayaan pesantren, training cleaning service, benah madrasah, benah rumah ibadah, bea penghafal al-qur’an dan layanan jenazah gratis.

Program Poliklinik gratis telah berjalan sejak Desember 2007, dengan berlokasi di Cigombong Sukabumi. Pilihan lokasi tersebut karena daerah tersebut selain kerana kemampuan ekonomi masyarakat disana masih lemah juga karena diwilayah itu jauh dari puskesmas.

Untuk keperluan layanan kesehatan tersebut LAZ Al-Azhar membangun gedung dua lantai dengan menghabiskan hampir 400 juta. Dana itu diperolah dari BAMUIS BNI, dana zakat dan infaq orang tua dan murid-murid Al-Azhar. “Satu lantai digunakan untuk layanan kesehatan, satu lantai lainnya sedang kami rencanakan untuk digunakan balai latihan kerja (BLK), kami menamakannya rumah gemilang”. Tegas Muhammad Anwar Sani Direktur Operasional LAZ Al-Azhar. “Kerena selain untuk BLK akan digunakan juga untuk bimbingan belajar bagi anak-anak berprestasi”. Lanjutnya

Sejak beroperasi, setiap hari poliklinik Al-Azhar melayani kurang lebih 30 orang. Jumlah keluarga yang terdaftar sebagai member poliklinik Al-Azhar sebanyak 100 Keluarga.

Selain mengoperasikan poliklinik di Cigombong, LAZ Al-Azhar juga memberikan pelayanan kesehatan gratis di lingkungan Masjid Agung Al-Azhar. Para kaum dhuafa yang terganggu kesehatannya bisa mengajukan diri ke kantor LAZ Al-Azhar, selanjutnya mereka akan diantarkan ke klinik Al-Azhar. Pembiayaan pengobatannya akan dibayar oleh LAZ Al-Azhar.

Program sosial lainnya adalah pemberdayaan ekonomi. Program ini meliputi pemberian modal usaha, pelatihan keterampilan dan pemberdayaan pengrajin dan terumbu ikan. Program pemberian modal usaha diberi nama dengan program Ibu Mandiri. Program ini baru sekali dilaksanakan bertepatan dengan hari Ibu. Program ini diberikan kepada ibu-ibu yang ingin membuka usaha kecil. Madal usaha yang diberikan sebesar satu juta rupiah.

Program pelatihan keterampilan yang pernah diadakan adalah training cleaning service. Program ini bekerjasama dengan perusahaan penyalur cleaning service, sehingga para peserta training tersebut langsung disalurkan untuk bekerja. “Kami sangat senang, beberapa waktu yang lalu saya bertemu dengan salah satu peserta dan saat ini katanya dia sudah mampu membeli sebidang tanah untuk dibangun rumah”. Tutur Anwar Sani dengan wajah yang sumringah.

Rasa senang juga diungkapkan Anwar Sani, belum lama ini dia mendapat khabar terumbu ikan di pesantren yang dia bantu sebentar lagi akan panen untuk ke lima kali. Anwar Sani mengungkapkan bahwa beberapa waktu lalu LAZ Al-Azhar membantu tiga pesantren untuk membuat terumbu ikan. Tiga pesantren yang dibantu berada satu di Maninjau Padang, satu di Klaten dan satu lagi di Parung Panjang. Pesantren di Padang akan panen untuk ke lima kali. Sementara yang lainnya baru akan yang ketiga kali. “Yang di Padang memang hanya pembesaran saja, jadi mereka lebih cepat panen” Ungkapnya lagi.

Melihat kemajuan penggalangan dan pelaksanaan program LAZ AL-Azhar, Anwar Sani terinspirasi untuk mengmbangkan lebih luas Lembaga Amil Zakat (LAZ) berbasis masjid. Ada beberapa keuntungan LAZ berbasis masjid antara lain masjid mempunyai jamaah dan masjid selalu disinggahi orang-orang baru. Apabila sebuah masjid bisa mengembangkan lembaga zakat, akan mempunyai dana untuk melakukan pemberdayaan kepada masyarakat umum. Terutama kepada mereka yang masih lemah ekonominya. Sehingga masjid bukan hanya untuk ibadah ritual saja, tetapi sebagai penggerak kesejahteraan masyarakat sekitarnya.

Tulisan ini pernah di muat di Majalah Madina. Ini salah satu tulisan hasil liputan 4 masjid lainnya di Jakarta. Tulisan masjid lainnya menyusul.

Baca selengkapnya......

Minggu, 30 November 2008

Toyota Dream Art Contest


"Saya seneng acaranya seru", demikian disampaikan oleh Fajrin siswa kelas IV SD Percontohan 01 Pancoran, saat diminta komentar tentang acara Toyota Dream Art Contest, Kamis 27 November 2008 di Pancoran.

Toyota Dream Art Contest adalah program lomba menggambar buat anak-anak se Asia yang diadakan oleh Toyota Jepang bekerjasama dengan Reader Digest Indonesia (RDI). Acara ini bertujuan untuk mencari ide-ide kreatif mobil masa depan. Pemenang lomba ini akan diajak jalan-jalan ke Jepang, mengunjungi pabrik Toyota di Nagayo dan beberapa tempat wisata di Jepang. Di Indonesia acara ini sekaligus dipergunakan untuk mengenalkan mobil terbaru Toyota yang ramah lingkungan.

Agar kegiatan ini lebih berkesan, setelah selesai menggambar anak-anak diajak untuk bermain edukatif games(Edugames)yang dipandu oleh tim dari Sahabat Cahaya (www.sahabatcahaya.net). Selain Ice breaking anak-anak diajak bermain games sains. Games sains adalah games yang memadukan permainan, kompetisi dan pengetahuan dan eksperimen sains. Pada kesempatan ini games yang diberikan antara lain: membuat mobil tenaga angin, roket air dengan memanfaatkan pencampuran zat kimia dan Cara sederhana membuat film kartun. Dalam sesi ini tim dari Toyota Astra memberikan kuis, dan setiap pemenang mendapat bingkisan dari Toyota Astra.

Setelah sesi edugames, pemenang dari setiap games diberikan kesempatan untuk berkeliling naik mobil Prius, mobil Toyota terbaru yang ramah lingkungan.

Acara selesai dan terlihat muka ceria anak-anak menikmati program tersebut.

Wassalam,

wtarsono

Baca selengkapnya......

Sabtu, 29 November 2008

Suami yang Teguh, Istri yang Setia


Tulisan ini saya buat Rabu, 8 Desember 2004. Saat itu Anwar Ibrahim baru keluar dari penjara. Beberapa tokoh, diantaranya Adi Sasono, mengundang Anwar Ibrahim datang ke Indonesia.

Suami yang Teguh, Istri yang Setia

"Semoga tidak sedang terjangkit batuk dan flu"

Semalam saya bersama Hendra, Mas Tatang menghadiri pidato kebudayaan Dato Seri Anwar Ibrahim, mantan wakil perdana menteri Malaysia. Terlihat juga teman-teman YISC yang lainnya antara Surya, Max dan Sugeng. Saya sangat beruntung bisa menghadiri forum tersebut, ada banyak inspirasi dan pelajaran yang bisa kita petik dari pidatonya. Saya juga merasa malu kepadanya, betapa tidak, dia yang bukan warga Indonesia lebih paham akan budaya dan karya-karya besar dari para seniman dan sastrawan Indonesia. Begitu juga dia sangat bangga dengan Indonesia, yang menurut dia telah melahirkan tokoh-tokoh intelektual, seniman dan politikus yang perlu diteladani. Sujatmoko, Hamka,Natsir, Sukarno dan beberapa lainnya dia sebut. Tokoh itu menurut dia tentu lahir dari wacana dan pergolakan yang sengit dan penuh makna di Indonesia. Itu patut dibanggakan! Ungkapnya.

Sementara saat ini kita sendiri seolah sudah mengikis kebanggaan kepada bangsa kita sendiri, sehingga lumrah ketika sebuah produk oli beriklan bukan menyebutkan keunggulan produknya tetapi menyebut asal negara yang memproduksinya.

Satu kutipan yang membuka pikiran saya adalah saat dia menafsirkan ayat/hadits sbb: Janganlah engkau mengatakan sesuatu yang tidak engkau lakukan". bagi dia firman/hadits itu adalah prinsip yang harus dipegang teguh oleh setiap orang, apalagi pemimpin. Karena dampak yang akan ditimbulkan oleh kebiasaan itu akan menghancurkan dirinya dan masyarakat, bahkan bangsanya. Rentetan dampak negatif dari
kebiasaan berperilaku seperti itu akan menumbuhkan masyarakat yang rapuh.

Anwar Ibrahim bagi kalangan aktivis Indonesia tahun 60-70 adalah sosok yang familiar, mereka sering berinteraksi dan bertukar gagasan. Bahkan ketika banyak seniman di Indonesia dicekal dia memintanya untuk tampil di Malaysia. Sehingga ketika dia dimasukan ke dalam penjara oleh rezim Mahatir Muhammad, Anwar Ibrahim mendapat simpati dari banyak tokoh di Indonesia.

Saat ini dia baru dibebaskan dari penjara setelah adanya pergantian kekuasaan di Malaysia. Saat dia memberikan pidato, memang terlihat dia sosok yang bersahaja, lugas dalam bicara. Sehingga setiap kata yang dilontarkan seolah selalu punya makna. Sebagai seorang negarawan dia mempunyai visi yang bagus yang patut ditiru oleh para pemimpin di Indonesia. Dalam perjalanan hidupnya berulang kali dia masuk penjara, karena keteguhannya memegang prinsip.

Anwar Ibrahim didampingi oleh seorang istri yang setia dan bersahaja, terlihat sekali kesantunannya. Ada banyak pemikiran dan gagasan yang patut ditiru oleh kita dan para pemimpin kita, gagasan-gagasan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera.

Semoga bermanfaat.

wassalam,

wtarsono

Baca selengkapnya......

Jumat, 28 November 2008

Aku Rindu Payung


Mudah-mudahan semua sudah menyiapkan payung menghadapi musim hujan tahun ini. Saya sendiri biasanya menjelang musim hujan selalu membeli payung baru. Tetapi saat ini saya belum sempat membelinya.

Payung mungkin hal kecil, keberadaannya seringkali kita abaikan. Kita tiba-tiba merasa memerlukannya saat akan turun hujan. Kita menjadi gelisah saat kita sadar kita tidak bawa payung.

Bagi saya Hujan sering membuat saya marah. Dalam persepsi saya hujan akan menghambat segala aktivitas yang direncanakan. Saya malu dan tidak nyaman saat bertemu orang dengan tubuh yangbasah kuyup. Tanpa saya sadari kata-kata keluhan, marah dan ekspresi kekecewaam lainnya terlontar. Padahal Allah menyebut hujan sebagai rahmat bagi manusia. Mungkin iya? Tapi.......(selalu ada alasan).

Saya percaya bagi banyak orang hujan akan semakin mendekatkan dirinya kepada Allah. Maka yang terlontar justru kalimat-kalimat syukur atas rahmatnya.

Mungkin karena iman saya yang masih lemah dan belum bisa memaknai setiap kejadian sebagai hal yang positif, maka marah, kesal dan sejenisnyalah yang muncul.

Belakangan, dalam dua tahun ini saya setiap musim hujan tiba selalu membili payung dan membawanya kemanapun saya pergi (kalau tidak lupa). Alhamdulillah sedikit mengurangi umpatan dan rasa kesal saat hujan tiba. Walaupun tidak seluruhnya. Saya yakini ada hal yang harus diperbaiki mengenai persepsi dan rasa syukur atas apa yang diberikan Allah kepada saya. Mudah-mudahan saya bisa melakukannya. Semoga Sahabat semua sudi berdoa untuk saya atas hal tersebut.

Semoga Allah selalu memberikan kemudahan untuk semua cita-cita kita.

Catatan: Tulisan ini saya buat dan dikirim ke millis Selasa, 30 Nov 2004. Sama seperti saat ini, Waktu itu mau memasuki musim hujun. Bahagianya saya, setelah tulisan ini dikirim ke millis ada teman yang kemudian membelikan saya payung.

Terima Kasih

Wassalam,

mwt

Baca selengkapnya......

Kamis, 27 November 2008

Lama Tak Berarti Usang


Lama tak berarti Usang, bukan berarti tidak bermakna. Hal itu saya rasakan setelah membaca kembali tulisan-tulisan yang saya buat dan dikirim ke millis-millis dimana saya tergabung. Ada rasa bahagia saat saya kembali menemukan makna, menemukan kembali inspirasi, menemukan kembali hikmah.

Ada juga rasa malu, saat menemukan kembali beberapa idealisme yang saya ingin wujudkan, atau saya ingin lakukan tidak juga terlaksana. Karena kelalaian saya.

Terutama untuk kepentingan saya, untuk mengingatkan diri saya, saya akan kembali menampilkan tulisan-tulisan tersebut dalam blog ini.

Salam,

wtarsono

Baca selengkapnya......

Rabu, 26 November 2008

Anugerah dan Tiga Misi Hidup


Saya menamakan blog saya dengan ANUGERAH. Penggunaan kata itu merupakan ungkapan syukur saya kepada Allah, yang menciptakan dan menjadikan saya seperti saat ini.

Selanjutnya sayapun menuliskan tentang diri saya dalam hidup saya. Itulah misi hidup saya. Ada tiga misi.

Satu persatu ketiga misi tersebut ingin saya uraikan. Walaupun detailnya bukan pada tulisan ini. Menyusul akan saya buatkan. Di sini saya hanya akan menggambarkan secara umum saja.

Misi pertama adalah membuat orang untuk selalu tersenyum bahagia. Artinya saya ingin punya peran membuat orang atau siapapun yang berinteraksi dengan saya akan merasa nyaman, akan merasa senang dan akan merasa bahagia. Bukan pada saat bertemu saja, tetapi akan merasakan semua itu saat dan setelah bertemu dengan saya. Atau kalau ada orang yang merasa bosan dengan hidupnya maka dia akan berpikir ingin bertemu dengan saya. Bukan persoalan mudah, pasti akan sulit. Mengutif kata-kata Ismail Yusanto (Jubir HTI) "Sulit bukan berarti utopis".

Misi selanjutnya adalah mengisnpirasi kebajikan. Dalam misi tersebut saya ingin menempatkan diri saya sebagai orang yang menginspirasi orang lain terdorong melakukan kebaikan. Bukan untuk saya, tetapi buat orang lain, walaupun tidak menutup kemungkinannya. Ini juga sulit. Yang pasti sebelum saya mengisnpirasi, saya harus terlebih dahulu melakukannya. Melakukan kebajikan, kebaikan apapun itu.

Misi terakhir adalah mendorong dunia untuk bergerak dinamis. Pertanyaannya siapa yang didorong? Jawabnya adalah manusianya. Kenapa? Karena manusia adalah subjek, pelaku. Dengan apa? Dengan membuat orang mempunyai impian. Ya impian yang menggarakkan! Seperti syair lagu Laskar Pelangi dari Nidji. Mimpi adalah kunci, untuk kita menaklukkan dunia!

Saat setiap orang bergerak, saat itulah dunia akan bergerak dinamis.

Inipun pasti sulit. Hanya akan menjadi mimpi saja sebelum kita sendiri bergerak atau berubah. Memulai dari diri sendiri, itu kuncinya!

Kehendak Untuk Berubah

Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal,
aku bermimpi ingin mengubah dunia.
Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku,
kudapati bahwa dunia tidak kunjung berubah.

Maka cita-cita itu pun agak kupersempit,
lalu kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku.
Namun tampaknya, hasrat itu pun tiada hasilnya.

Berikut saya kutipkan kisah pembelajaran yang terukir di sebuah makam di westminster abbey, inggris, 1100 M

Ketika usiaku semakin senja,
dengan semangatku yang masih tersiisa,
kuputuskan untuk mengubah keluargaku,
orang-orang yang paling dekat denganku.
Tetapi celakanya,
merekapun tidak mau diubah!

Dan kini,
sementara aku berbaring saat ajal menjelang,
tiba-tiba kusadari :
“andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku,
Maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan
mungkin aku bisa mengubah keluargaku.

Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka,
bisa jadi aku pun mampu memperbaiki negeriku;
Kemudian siapa tahu aku bahkan bisa mengubah
dunia!”


Wassalam,

wtarsono

Baca selengkapnya......

Selasa, 25 November 2008

Jalan-jalan ke Jepang Karena Menggambar


Jalan-jalan ke Jepang? Siapa yang tidak mau? Gratis lagi!

Nah kesempatan itu sekarang dibuka buat anak-anak Indonesia yang masih berusia 6 - 15 tahun. Adalah Toyota Jepang yang yang memberikan peluang itu. Caranya dengan mengikuti Toyota Dream Art Contest, yaitu lomba menggambar mobil impian masa depan. Peserta lomba ini anak-anak dari seluruh Asia, termasuk Indonesia. Penyelenggaraan sebelumnya peserta dari Indonesia berhasil menjadi pemenang lomba, terpilih dari 16 ribu gambar yang masuk ke panitia. Namanya Jovita Jonathan. Jovita menuturkan kegembiraannya.

"April tahun 2006, saya amat beruntung gambar saya gambar saya terpilih, dari 16 ribu gambar, menjadi juara pertama dalam perlombaan menggambar "Mobil Masa Depan Impianmu" untuk anak-anak yang diadakan Toyota, Sebaga hadiahnya, saya dan keluarga diundang mengunjungi pabrik Toyota di Nagaya Jepang. Rasanya senang sekali. Di sana kami mengelilingi kawasan Toyota yang dimulai dari Welding Shop hingga Assembling Shop. Kami jadi mengerti proses pembuatan mobil dari awal hingga selesai. Dari Nagoya kami menuju Tokyo dengan kereta super cepat Shinkansen 700. Bayangkan, jarak sejauh 350 km ditempuh hanya dalam waktu 1 jam 40 menit. Di Tokyo kami mengunjungi istana kaisar, dan tentu saja Disneyland. Sungguh ini adalah pengalaman yang tak mungkin terlupakan. Terima kasih Reader's Digest Indonesia (RDI) dan Toyota karena telah membuat saya mengikuti Toyota Dream Car Contest 2006".

Di kalimat terakhirnya Jovita menyanmpaikan terima kasih kepada Reader's Digest, karena penyelenggara acara di Indonesia adalah kerjasama Toyota Jepang dan Reader's Digest Indonesia. Pada tahun inipun masih sama. Informasi lengkap klik www.rdasia.com

Untuk lebih memeriahkan acara tersebut, Reader's Digest membuat konsep baru. Selain tetap menyelenggarakan lomba menggambar dan selanjutnya mengumpulkannya untuk di kirim ke Jepang, Reader's Digest membuat event di lima sekolah dasar di Jakarta. Edugames, demikian mereka menyebutnya.

Untuk keperluan itu, Reader's Digest menggandeng Sahabat Cahaya untuk mengisi games-games yang menghibur tanpa menghilangkan unsur-unsur pendidikan. Reader's Digest bermitra dengan Sahabat Cahaya, karena mereka melihat program Sahabat Cahaya menarik dan mendidik. Lihat program lengkap Sahabat Cahaya di:
www.sahabatcahaya.net.


Wassalam,

wtarsono

Baca selengkapnya......

Si Jago Merah



Film Si Jago Merah saat ini sedang diputar di bioskop-bioskop. Beberapa teman yang sudah menonton mengatakan cukup menghibur. Saya sebenarnya terpikir juga untuk menontonnya, walaupun belum terbayang kapan waktunya. Tetapi bukan kerena film tersebut saya membuat tulisan ini. Secara kebetulan Play Group Sahabat Kecil yang kami kelola hari Jum'at kemarin (21/11) mengadakan kunjungan ke markas pemadam kebakaran Jakarta Selatan di daerah Lebak Bulus. Tidak jauh dari terminal bus Lebak Bulus.

Saat para pengajar di sahabat kecil menyampaikan kepada saya bahwa anak-anak akan diajak melakukan kunjungan ke pemadam kebakaran, dalam hati ada rasa takjub terhadap gagasan mereka. Sebelumnya saya tak terbayang ada program seperti itu. Para guru berinisiatf mengenalkan pemadam kebakaran kepada anak-anak usia dini, dengan harapan anak-anak akan care terhadap profesi tersebut. Profesi yang tidak semua orang mau berada di posisi itu, termasuk juga kita, saya. Bahkan bisa jadi bukan hanya tidak mau berprofesi diposisi itu, lebih dari itu kita tidak care terhadap keberadaannya. Tidak mau tahu alamat pemadam kebakaran terdekat dari rumah atau kantor kita, tidak mau tahu nomor yang bisa kita hubungi kalau tetangga atau rumah kita terbakar.

Yang terjadi kita akan panik, kita akan menyalahkan orang-orang sekitar kita. Mengapa tidak ada yang tahu? Kita akan menyalahkan ketua RT/RW, kita akan menyalahkan orang kelurahan. Ironisnya kita tidak akan menyalahkan diri kita sendiri, mengapa kita tidak tahu? Tapi sudahlah, tidak dalam kontek itu saya menulis ini. Saya hanya ingin bercerita.

Saat saya sampai di lokasi, anak-anak sudah duduk di kursi dan menghadap ke petugas yang sedang menjelaskan apa dan bagaimana pemadam kebakaran bekerja. Mereka memutarkan film kartun tantang pemadam kebakaran. Sambil menonton petugas memberikan penjelasan lebih detail film yang diperlihatkan. Dalam tayangan tersebut dijelaskan bagaimana anak-anak untuk hati-hati terhadap api, untuk tidak main korek api atau lilin. Juga anjuran kepada orang tua untuk selalu tidak lupa mematikan kompor. Saat terlihat dalam tayangan seorang bapak membuang puntung rokok ke sampah, petugas berkata. "Itu untuk bapak-bapak, adik-adik bilang sama bapak agar jangan buang puntung rokok sembangarangan, karena hal itu bisa mengakibatkan kebakaran". Ungkapnya dengan semangat.

"Nah kalau sudah terjadi kebakaran adik-adik secepanya telepon ke nomor 113, nomor berapa adik-adik? Tanya petugas. "Satu-satu tiga" Jawab anak-anak serempak. "Nomor berapa"? Petugas mengulang pertanyaan. "Satu satu tiga". Jawab anak-anak serentak sambil mengacungkan tangan.

Seteleh tayangan selesai petugas mulai menyampaikan berbagai jenis mobil yang dioperasikan oleh pemadam kebakaran. Disini anak-anak mulai tidak konsen, bukan karena petugas kurang menarik tetapi karena istilah-istilah mobil tersebut banyak yang menggunakan bahasa inggris, sehingga mereka merasa asing.

Setelah memperkanalkan jenis-jenis mobil, petugas mulai memperkenalkan alat-alat yang digunakan petugas pemadam kebakaran. Bukan hanya memperlihatkan mereka juga mempraktekkan. Mulai dari memakai baju sampai memperagakan penggunaan alat alat tersebut. Saat petugas memakai baju lapangan, beberapa anak ketakutan bahkan sampai ada yang menangis. Walaupun ada juga anak yang berani memegang-megang baju petugas. "Kalau baju yang warna merah ini tahan panas tapi bukan api. Nah baju yang warna perak ini tahan api, tetapi kalau dibaka dalam waktu yang lama, bisa kebakar juga". Jelasnya. Beberapa anak yang berani meminta foto bersama dengan para petugas yang memakai baju pemadam.

"Nah sekarang adik-adik ingin naik mobil pemadam? Tanya petugas. "Mau" jawab anak-anak. "Tetapi om mau tanya dulu, kalau bisa jawab pertanyaan om, nanti adik-adik boleh naik mobil. Pertanyaannya berapa nomor telepon pemadam? Tanyanya. "Satu satu tiga". "Kurang keras". "Satu-satu tiga". Jawab mereka kembali. "Om gak denger ya". Celetuk salah satu anak. Petugas hanya mesem.

Setelah itu anak-anak diajak naik mobil, didampingi para pengajar. Saat anak-anak sudah di dalam mobil, sirine mobil dibunyikan, saat inilah kemudian beberapa anak ketakutan lagi, bahkan ada yang menangis. Tapi kemudian para pengajar meyakinkan anak-anak bahwa bunyi itu tidak masalah. Beberapa anak masih menangis, mobil tetap jalan. Setelah mobil memasuki jalan raya anak-anak sudah tidak ada yang menangis. Bahkan mereka mulai berteriak menunjuk-nunjuk mobil disekitarnya. Beberapa saat kemudian guru dan petugas pemadam kebakaran mengajak anak-anak menyanyi. Mobilpun menjadi meriah. Masyarakat di sekitar jalan yang dilewati mobil pemadam kebakaran terlihat heran kok ada anak-anak kecil berada di mobil pemadam kebakaran.

Kurang lebih sepuluh menit kemudian mobil pemadam kembali ke tempat semula. Terlihat wajah-wajah ceria anak-anak saat mereka keluar dari mobil. Tidak lama kemudian petugas kembali mengajak anak-anak, kali ini anak-anak diajak untuk menggunakan air penyemprot api.

Tanpa komando anak-anak sudah berlarian menuju selang penyemprot api. Mareka berebut untuk menggunakan. Petugas sigap dan kemudian mengatur anak-anak. Secara bergilir anak-anak mulai menggunakan selang penyemprot api. Bak seorang pemadam kebakaran.

Saya merasa bangga bukan saja kepada gagasan para pengajar di sahabat kecil. Saya juga apriciet terhadap para petugas pemadam kebakaran. Saat mereka menemani anak-anak, terlihat kesungguhan mereka, bahkan saat anak-anak mulai terlihat tidak konsentrasi, mereka tetap menerangkan dengan semangat. Tidak terlihat muka risih dari wajah mereka. Malah mereka terlihat bangga di kunjungi oleh anak-anak.

Bercerita tantang petugas pemadam kebakaran, saya jadi teringat salah satu kisah dalam buku Chicken Soup for the Soul. Cerita tentang sebuah keluarga yang bapaknya berprofesi sebagai petugas pemadam kebakaran. Suatu kali ibu dari keluarga itu menemani anaknya bermain dengan teman-temannya. Saya agak lupa mulai ceritanya dari mana, tetapi suatu kesempatan anak tersebut mendapatkan pertanyaan tentang profesi bapaknya. Saat mendapatkan pertanyaan seperti itu, anak tersebut enggan menyebutkan profesi bapaknya. Kejadian itu diketahui oleh ibunya. Ibunya tertegun melihat kejadian itu, dan ada marah saat anaknya malu mengatakan profesi bapaknya. Walaupun demikian tidak lantas dia memarahi anaknya. Baru setelah mereka berdua pulang ke rumah, ibunya mengajak anaknya untuk bicara.

"Nak kenapa kamu tidak menyebutkan pekerjaan bapakmu". Tanya ibunya. "Saya malu". Jawabya. "Kenapa malu"? Tanyanya kembali. "Pekerjaan Bapak kan bukan pekerjaan penting, bukan pekerjaan yang bisa dibanggakan". Jawabnya. "Nak semua profesi itu penting, dan semua bisa dibanggakan. Ibu bangga terhadap profesi ayahmu, dia berani mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan banyak orang. Dia berani mengambil resiko. Dan itu berarti Bapakmu berani mati untuk membiayai hidup kita, memberi makan kita dan membiayai sekolah kamu. Jadi profesi bapakmu penting, dan kamu harus bengga terhadap itu".

Anak itu tertegun menatap ibunya, air matanya berlinang, dan sesaat kemudian anak tersebut menghampiri ibunya dan memeluknya sambil berkata. "Maafkan saya Bu, sekarang saya tahu bapak adalah orang penting, dan saya bangga". Beberapa saat mereka perpelukan. Tak dapat ditahan ibunyapun meneteskan air matanya. (Ceritanya tidak persis sama, garis bersarnya seperti itu seingatku)

Wassalam

wtarsono

Baca selengkapnya......