Sabtu, 26 November 2011

Masjid ALatief Pasaraya Blok M, Awalnya Musala

Bagian Kedua dari Dua Tulisan
Masjid A Latif adalah masjid yang berada di pusat perbelanjaan Pasaraya Blok M. Masjid tersebut diresmikan penggunaannya 23 Februari 2009 lalu. Masjid ini bangun dan dikelola oleh Yayasan A Latief. Menurut Abdul Latief pemilik Pasaraya, rencana membangun masjid sudah sejak gedung Pasaraya dibangun. Tapi, katanya, rencana itu akan direalisasikan kalau kebutuhannya sudah mulai terlihat. Sebelum mendirikan masjid, pengelola Pasaraya membuat musala kecil di beberapa lantai.

“Kami melihat memang dari hari ke hari kebutuhan akan masjid di gedung ini semakin terlihat. Seperti saat kami mengadakan salat Jumat di areal parkir, jamaahnya setiap Jumat semakin bertambah, mencapai 1500 orang. Dari situlah kami berkesimpulan sudah saatnya membangun masjid. Segera saya meminta staf saya untuk mendesainkan. Seperti yang Anda lihat saat ini masjidnya sudah selesai dibangun,” jelasnya.

Masjid A Latief berada dilantai lima gedung A di pusat perbelanjaan Pasaraya dan mampu menampung 1200 jamaah. Masjid ini direncanakan akan mengganti musala yang ada di beberapa lantai. Walaupun, menurut Arief Rahman Hakim, sekretaris Masjid A Latief, tidak semua musala akan ditiadakan, karena untuk beberapa tempat musala itu masih dibutuhkan. Terutama bagi mereka yang berada di parkir gedung B.

Selain itu, menurut Arief, pengalihan akan berlangsung dengan bertahap. “Saat ini kami sedang melakukan sosialisasi dulu, kalau nanti sosialisasinya sudah cukup, mungkin penutupan itu akan kami lakukan. Tapi lihat saja nanti, karena tidak semua karyawan, apalagi yang jaraknya jauh mau salat di sini. Kami mengerti mereka mempunyai keterbatasan waktu,” ungkapnya.

Dari Jauh Tanpak Posisi Masjid Alatief
Tempat Pendidikan
Saat zaman Nabi, masjid tidak hanya digunakan untuk melakukan ibadah mahdah, tapi juga digunakan untuk menyelesaikan masalah keumatan lainnya, terutama untuk kegiatan pendidikan, baik pendidikan agama maupun pendidikan umum. Kesadaran seperti itu yang saat ini mulai ditiru oleh beberapa masjid.. Semangat itu jugalah rupanya ingin ditiru oleh pengurus Masjid A Latief.

“Ke depan, Masjid A Latief tidak hanya akan difungsikan sebagai tempat beribadah, tapi juga akan difungsikan sebagai tempat pendidikan, khususnya pendidikan Islam,” ujar Abdul Latief.

“Sebenarnya, kalau untuk pengajian, saat ini sudah berlangsung. Tapi, kami ingin tidak hanya sebatas itu. Kami ingin masjid ini digunakan juga untuk belajar agama anak-anak usia 4 sampai 5, bahkan anak-anak usia 10 sampai 11,” lanjutnya.

Jadual Kegiatan
Di depan lift lantai lima memang terdapat papan pengumuman yang berisi jadwal pengajian dan ceramah yang diadakan di masjid A Latief. Menurut Arief, ada beberapa kegiatan. Pengajian yang sifatnya pekanan disebut pengajian tematik. Selain itu, ada pengajian bulanan. “Untuk pengajian tematik pekan pertama diisi dengan kajian tafsir, pekan kedua kajian fikih kontemporer, pekan ketiga kajian muslimah, pekan keempat kajian akhlak. Ceramah bulanan diadakan setiap hari Rabu. Sementara untuk hari Senin sampai Kamis diisi dengan belajar baca Al Quran dan bahasa Arab.”

Selain itu, menurut Abdul Latief, Masjid A Latief akan difungsikan juga sebagai tempat pembinaan para mualaf. “Kami nanti akan memfasilitasi pengislaman bagi orang-orang yang akan masuk Islam. Selanjutnya, kami juga akan memberikan bimbingan kepada para mualaf tersebut.”

Masjid A Latief Menurut Pengunjung dan Karyawan
Rabu malam (15/4), salat maghrib berjamaah di Masjid A Latief telah berlalu. Sebagian besar jamaah terlihat sudah meninggalkan ruangan masjid. Dilihat dari pakaian mereka, orang-orang yang salat sebagian adalah para karyawan atau pramuniaga di Pasaraya. Sebagian lain adalah para pengunjung pusat perbelanjaan tersebut.

Saat sebagian besar sudah bergegas keluar masjid, terlihat dua orang laki-laki berusia 50 dan 60-an sedang berbincang di sisi kanan masjid. Mereka berdua adalah pedagang di Blok M Square, mal yang berada tidak jauh dari Pasaraya. Mereka berdua sedang menunggu salat isya, “Daripada kami bolak-balik, ujar Muhammad Abrar, salah satu dari mereka.

Muhammad Abrar atau sering di panggil Abrar mengaku sejak Masjid A Latief dioperasikan, ia sangat sering salat di masjid ini. Menurutnya masjid A Latief sangat bagus sehingga dia merasa nyaman salat di masjid ini. “Kalau masjidnya bagus dan kita merasa nyaman, salat kita juga bisa semakin khusyu.” Menurut Abrar, fasilitas di Masjid A Latief sudah cukup bahkan lebih dari cukup, pakai Air Conditioner (AC), karpetnya bagus, tempat wudhunya bagus. Hal ini pun disetujui oleh teman mengobrolnya, H. Nasrun Saleh. Menurutnya, di Blok M Square sebenarnya ada musala, tapi tidak sebagus dengan masjid di Pasaraya ini. “Di sini, perawatannya bagus, kami bisa salat lebih tanang, walaupun kami harus jalan agak jauh”

Sementara menurut Rudi Bima, wakil ketua perhimpunan Purna Prakarya Muda Indonesia (PPMI) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Jawa Timur, yang kebetulan berkunjung, mengatakan dibanding dengan mal-mal yang ada di tempat lain, bahkan di beberapa kota besar, masjid di Pasaraya ini paling bagus. “Saya sering keliling ke kota-kota besar di Indonesia, di mal-mal rata-rata paling adanya musala, belum ada masjid. Kalau saya ke mal dan saya mau salat Jumat, susah saya. Kalau di sini, ada masjid, bagus pula, bersyukur saya, subhanallah,” katanya.

Rekan Rudi di PPPMI yang berasal dari Pekanbaru juga memberikan pujian. “Luar biasa, besar, tempatnya bersih, di mal lain kalau Jumat paling menyulap tempat parkir sebagai tempat salat, kondisinya panas, sumpek, kondisinya tidak nyaman untuk salat. Di sini sangat nyaman.”

Pujianpun dilontarkan oleh Zaenal Bakti yang berasal dari Bekasi. Dia mengaku hari itu ia khusus datang ke Pasaraya kerena ingin salat di Masjid A Latief. “Interiornya sangat impresif, nyaman, membuat kita tenang untuk beribadah,” tagasnya bersemangat.

“Kebetulan kemarin saya ke sini, saya mau salat dhuhur, saya tanya musalanya ada di mana. Saya disarankan untuk ke masjid saja di lantai lima gedung A. Saya tidak membayangkan ada masjid seperti ini. Setelah saya sampai, Allahu Akbar, spontan terucap dari mulut saya. Saya terkesan sekali dengan masjid ini,” lanjutnya berseri-seri.

Keberadaan masjid A Latirf inipun ditanggapi positif oleh karyawan yang bekerja di counter-counter di Pasaraya. Seperti yang disampaikan oleh Afrianti. “Jadi rajin beribadah, karena tempatnya dekat, nyaman dan bersih.”

Tanggapan positif juga disampaikan oleh Fatiyah, yang bekerja di counter Raja Batik. “Saya di lantai dua. Walaupun agak jauh, kalau waktunya senggang saya sempatkan untuk salat di sini. Di masjid lebih nyaman, tenang.“

Di banyak mal atau pusat perbelanjaan lainnya, sarana ibadah seperti musala ataupun masjid biasanya disediakan seadanya. Mereka dari awal tidak merencanakan untuk menyediakan musala atau masjid. Ketika diperlukan, akhirnya menempatkan tempat-tempat ibadah itu di basement atau areal parkir, dengan kondisi yang panas dan pengap. Pokoknya, alakadarnya.

Mal yang membangun masjid masih bisa dihitung dengan jari. Keberadaan Masjid A Latief di Pasaraya, yang digarap dengan serius mudah-mudahan bisa mendorong mal lainnya melakukan hal sama. Karena, pengunjungpun akan senang. Dan itu akan menjadi citra yang positif, bagi mal atau pusat perbelanjaan tersebut. ***

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Madina

Tulisan terkait:
Masjid Alatif Bagian Pertama dari Dua Tulisan
Mencari Mal Ramah Islam
Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru
Masjid Sunda Kelapa Menteng
Dari Haram Jadah, Menjadi Hamparan Sajadah
Masjid Cut Meutiah Menteng

Warsa Tarsono
wtarsono@yahoo.com
0818 995 214
FB: Warsa Tarsono
Twitter: @wtarsono

1 komentar: