Rabu, 23 November 2011

PAYISC, MEMAKNAI HIDUPKU

PENGALAMAN BERAKTIVITAS DI YISC-2
Saya hentikan langkah, kemudian sejenak saya tarik nafas. Teman saya Atiyah Fitri (Fitri Ardani) yang mengikuti di belakang juga ikut berhenti. Terlihat jalan yang akan saya lalui tergenang air. Di antara genangan air yang menutupi jalan tersebut terlihat ada balok kayu yang bisa ditapaki, sehingga kalau saya berhasil menginjak di balok itu, sepatu dan celana saya tidak akan kotor. Sebelum melangkah saya angkat celana saya, dan mulai menapaki balok-balok itu.

Saat saya mulai melangkah, Fitri juga mengikuti di belakang. Tapi dia tidak perduli dengan genangan air yang menutupi jalan. Dia tidak berusaha menginjakkan kaki di balok-balok itu. Dia tidak pedulikan air dan tanah becek mengenai sepatu dan ujung roknya. Sejenak saya memperhatikannya, dan saya merasa malu sendiri.

Saat itu (1997-1998) Atiyah Fitri adalah ketua Pembinaan Adik Asuh YISC (PAYISC ) Al - Azhar. Kami berdua akan mengunjungi rumah salah satu adik PAYISC yang sedang sakit di daerah Cawang. Walaupun akhirnya, rumah yang kami datangi bukan hanya rumah adik PAYISC yang sedang sakit, tapi beberapa rumah adik PAYISC yang lainnya. Karena ada beberapa adik PAYISC yang tinggal di daerah Cawang. Sekalian saja kami silaturrahmi dengan keluarga-keluarga adik PAYISC .

Periode itu adik PAYISC banyak tersebar di beberapa daerah. Ada di Senopati, Senayan, Sinabung, Hang Jebat dan Cawang. Cawang adalah tempat terjauh dari adik-adik PAYISC. Selain itu adik-addik PAYISC yang berasal dari Cawang kondisi ekonominya
lebih rendah. Anak-anaknya juga lebih minder dibanding adik-adik PAYISC dari daerah lain.

Mengenaskan! Ucap saya dalam hati saat sampai di rumah adik PAYISC tersebut. Dinding terbuat dari triplek yang sudah lapuk, dan di dindingnya terlihat kotoran air banjir yang sering menerpa daerah itu. Rumahnya tingkat, tapi keluarga itu hanya mengontrak ruangan bawah. Besar ruangan sekitar 2.5 x 3 meter, dihuni oleh satu keluarga yang berjumlah lima, dua orang tua dan tiga anak. Sayangnya saya lupa nama adik PAYISC itu.

"Kalau banjir airnya sampai sana," ucap ibunya adik PAYISC sambil menunjuk bekas lumpur yang masih menempel. Kalau melihat bekasnya, saat banjir kontrakkan dia semua kemasukkan air. Karena bekas kotoran lumpur yang dia tunjuk adalah bagian teratas dari dinding tersebut. "Terima kasih sudah mau datang ke gubuk kami, inimah bukan rumah tapi gubuk" ucap tuan rumah menyambut kami.

PAYISC adalah salah satu lembaga di Youth Islamic Study Club (YISC ) Al - Azhar. Lembaga yang membidangi pembinaan anak-anak dari kalangan tidak mampu. Secara struktur, semula PAYISC berada di Departemen Hubungan Masyarakat (PHM). Tapi pada Musyawarah Lengkap (Musleng) 1995, diputuskan menjadi Lembaga dan diberikan hak kelola mandiri baik secara program maupun pendanaan. Karena sejarahnya, saat Rohman terpilih menjadi Ketua Umum, ada suara yang ingin mengubah PAYISC tidak menjadi lembaga lagi. Saya sampaikan waktu itu, kalau mau mengubah status kelembagaan PAYISC , harus di Musleng, Ketua Umum tidak mempunyai hak untuk itu!

Saya terlibat di PAYISC saat memasuki semester ke dua aktif di YISC. Tapi tidak sebagai pengurus, hanya membantu saat ada event-event tertentu, atau sesekali mengajar. Termasuk pada periode 1996-1997, saat Fitri menjadi Ketua PAYISC . Mulai intens terlibat di PAYISC pada semester akhir periode kepengurusan dengan Ketua Umum Heru Widiyanto. Pada periode berikutnya saya menjadi ketua PAYISC .

Buat saya aktif di PAYISC, baik saat hanya membantu maupun saat menjadi ketua telah memberikan makna buat hidup saya. Makna yang membuat saya merasa bahagia. Makna yang membuat hidup saya berarti.

Dua tahun saya sebagai ketua. Saya berinteraksi dengan adik-adik dari kalangan tidak mampu dengan segala problema yang mereka hadapi. Mereka berhadapan dengan segala keterbatasan untuk memperoleh pendidikan, pengajaran yang baik, motivasi hidup yang rendah dan tentu saja keadaan lingkungan yang keras. Beberapa adik-adik PAYISC saat itu adalah pengamen dan pengojek payung. Dengan semua itu membuat saya bersyukur, bahwa sebagian keterbatasan mereka tidak saya hadapi.

Selain itu, aktif di PAYISC membuat saya belajar. Belajar cara mensyukuri hidup, cara menghadapi anak-anak, dan cara mengorganisasi program dan pendanaan untuk aktifitas sosial.

Semua pengalaman itu tidak saya lupakan. Semua pengalaman itu membuat saya bahagia. Bukan karena saya telah memberikan sesuatu, tapi karena saya mendapatkan sesuatu.

Tulisan lain:
YISC, Persinggahan yang Mengasyikkan
Berbagi Pengalaman Beraktifitas di YISC-1
Saat Endah Memilih Panggilan Jiwanya


Terima Kasih

Warsa Tarsono
wtarsono@yahoo.com
0818 995 214

2 komentar:

  1. fitri : wah sa hehe jd tersanjung disebut2 (berkejab-kejab), jd terkenang saat2 dl sering ke rmh adik2 payisc..di cawang, senopati, hang jebat. sekarang gimana y payisc.. msh sk turun ke lapangan gak ya...heroik banget..boleh juga sa digagas bikin reunian pengurus payisc

    BalasHapus
  2. Boleh, nanti coba aku hubungi teman-teman pengurus PAYISC yang lain

    BalasHapus