Selasa, 22 November 2011

Nada Bangga di Media Nasional

Aksi Pemain Bintang
"NIT", suara hand phone saya berbunyi menandakan ada pesan SMS masuk, beberapa saat setelah pertandingan sepakbola Indonesia melawan Malaysia selesai. Sebuah SMS singkat dari teman saya. "Hicks...hicks...hicks..." sesingkat itu pesannya. Sebuah ungkapan kesedihan dan kekecewaan atas kekalahan tim Garuda Muda. Kesedihan dan kekecewaan juga saya lihat dari para penonton yang berada di Senayan. Teriakan Indonesia...Indonesia yang semula kencang terdengar selama pertandingan, mendadak berhenti saat finalti terakhir Malaysia masuk ke gawang Indonesia.

"Sialan, padahal gua udah siap buat pawai," ungkap penonton di samping saya. Tanpa komando, saya beserta penonton lain bubar dengan segala perasaan kesal yang diungkapkan secara perlahan.

Tidak lama, HP saya kembali berbunyi "Nit". Saya lihat, Sebuah pesan dari teman yang sama kembali masuk. "Tapi Garuda tetap di dadaku," bunyi pesan tersebut. Saya tersenyum membaca pesan tersebut. "Kapan Indonesia juara," ungkapku dalam hati. Masih terasa berat menerima kekalahan tersebut.

Esok harinya, saya membaca headline beberapa media massa Nasional, antara lain Media Indonesia, Republika, Kompas dan Koran Tempo. Semua media tersebut membuat berita dengan nada bangga atas capaian Timnas Garuda muda. Mereka mengapresiasi perjuangan dan kerja keras para pemain asuhan Rahmat Darmawan tersebut.

Media Indonesia membuat judul headline: Terima Kasih Garuda Muda, Republika: Terhormat!, Kompas: Garuda Muda Berjuang Hingga Tuntas dan Koran Tempo: Tetap Bangga.

Kata pertama untuk mengungkapkan kebanggaan tersebut Media Indonesia menggunakan kata perjuangan. "PERJUANGAN luar biasa yang ditunjukkan pemain kesebelasan nasional Indonesia gagal menyempurnakan gelar juara umum". Pada bagian lainnya Media Indonesia menilai cukup cerah harapan Indonesia untuk berprestasi di masa depan. "Mereka bertarung gigih sekaligus mencuatkan harapan di masa depan. Ada prospek yang bagus dalam diri para pemain ke depannya," tulis Media Indonesia.

Republika mengungkapkan pencapaian Indonesia sampai final dan mengalami kekalahan dengan adu finalti sebagai sebuah kekalahan yang terhormat.

Sementara
Kompas memuji kegigihan para pemain muda Indonesia dalam partai final tersebut. "Meski kalah dan harus puas dengan medali perak, mereka telah menunjukkan spirit bertarung yang membanggakan bangsa." tulis Kompas.

Koran Tempo mengungkapkan kebanggaanya dengan kalimat singkat pada pembuka beritanya. "Mereka adalah tim masa depan," tulis Koran Tempo.

Saya setuju dengan pujian empat koran nasional terhadap permainan tim Garuda Muda tersebut. Tanpa lelah mereka mengejar dan merebut bola dan menggiringnya ke arah gawang lawan. Kenyataan tersebut mengikis rasa kecewa atas kekalahan dari Malaysia tersebut.

Saya menjadi teringat dengan apa yang dialami oleh timnas Spanyol. Empat puluh tahun lebih Spanyol tidak pernah lagi merasakan sebagai juara pada Piala Dunia maupun Piala Eropa. Tapi pada kurun waktu tersebut, terutama tahun 90an-2000an, Spanyol sering menjadi tim pertama yang lolos ke putaran final. Tapi saat turnamen dimulai, mereka sering tersisih di fase grup atau putaran kedua. Tapi asa mereka untuk menjadi juara tidak pernah mereka lepas. Sampai akhirnya saat ini mereka menjadi juara Eropa dan Dunia. Dan menjadi unggulan untuk kejuaraan Eropa tahun depan dan Piala Dunia tahun 2014.

Semoga saat ini Indonesia sedang menuju ke sana. Mungkin dimulai dengan menjuarai kejuaraan ditingkat Asia Tenggara, selanjutnya Asia dan Dunia. Timnas Garuda Muda punya modal untuk itu. Amin.


Terima Kasih

Warsa Tarsono



Tidak ada komentar:

Posting Komentar