Rabu, 02 November 2011

SAAT ENDAH MEMILIH PANGGILAN JIWANYA

Suatu hari dalam bis kota Tanjung Priok - Blok M seorang pengamen menyanyikan sebuah lagu Ebiet G. Ade. Lagu yang cukup aku kenal, karena akupun suka dengan lagu itu. Seberkas Cinta yang Sirna, judul lagu tersebut. Aku menikmatinya. Sambil mendengarkan pikiranku menerawang, terbayang sosok yang aku tahu sangat suka sekali dengan lagu tersebut. Dialah Endah Lismartini.

Endah Lismartini sahabat yang aku kenal saat aktif di Youth Islamic Study Club (YISC) Al Azhar. Saat di YISC dengan diiringi petikan Almarhum Dadang F. Dahlan (Suami Diana Sarahsanti) Endah sering menyanyikan lagu tersebut. Terlihat menghayati sekali Endah menyanyikan lagu tersebut. Apakah deritanya sama seperti lagu tersebut, hanya Endah dan Tuhan yang tahu :).

Syair lagu tersebut memang perih, bercerita tantang penghianatan cinta. Coba kita simak penggalan syair-syairnya: ".....Kau sayat luka baru di atas luka lama, coba bayangkan betapa sakitnya." Tidak cukup dengan penggambaran itu, sampai harus meminta ibunya menangis. "Ibu menangislah demi anakmu". Dadang pernah berujar sehabis menyanyikan lagu itu. "Lagu ini perih banget,coba bayangkan kita disayat sampai menjadi luka, dan sayatannya dibuat di atas luka sebelumnya," dengan ekspresif Dadang mengatakannya.

Endah yang aku kenal adalah sosok yang kuat, jadi tidak ada dalam pikiranku penghayatannya terhadap lagu Ebiet tersebut, merupakan curahan isi hatinya. Hanya saja memang aku melihatnya ada sesuatu yang paradok dalam diri Endah, satu sisi dia seorang yang melankolis dan romantis (terbukti dengan puisi-puisinya di buku kompilasi), di lain sisi dia juga seorang petarung.

Yap, menurutku memang dia seorang petarung. Dia memilih profesi sebagai seorang jjurnalis. Menurutku seorang perempuan memilih profesi jurnalis bukanlah sesuatu yang main-main. Ada banyak konsekwensi yang harus dia terima, pulang malam itu pasti.

Di YISC dulu kami pernah bersama mengelola Berita YISC (BY). Setelah kami rapat atau mengerjakan berkaitan dengan penerbitan BY, kami sering mampir dulu ke lesehan di Blok M. Tidak sebentar, sering jam satu atau jam dua kami baru beranjak pulang. Dan Endah tidak pernah minta diantar!

Setelah Endah menikah, kami tidak berkomunikasi intens lagi. Endah sudah tidak jadi pengurus YISC, sayapun mengurangi aktivitas di YISC. Sampai suatu saat, aku dengar Endah mendirikan sekolah PAUD. Aku kaget, karena saya dan beberapa teman alumni YISC juga mendirikan Play Groups. Kami tahu konsekwensi mendirikan sekolah. Sekali mengambil keputusan oke jalan, kalau murid yang daftar kurang dari target, maka selama satu tahun tersebut akan merugi. (Mungkin akan terasa seperti ini: Kau sayat luka baru di atas luka lama hehehe). Jadi menurutku, di situlah jiwa petarung Endah berperan.

Kita lihat hasilnya sekarang, mungkin belum sempurna, tapi sebuah bangunan saat ini telah berdiri, setiap pagi Endah merasakan riuh rendah suara anak-anak, ada tawa, teriakan, bahkan tangisan. Selain itu sekian orang sekarang menggantungkan hidupnya pada kreatifitas dan pada visi Endah. Mereka adalah guru-guru di sekolahnya.

Selesai Endah di situ? Ternyata tidak! Endah titipkan sekolahnya pada orang yang dia percaya. Dirinya sendiri kembali bertualang, mencari medan pertempuran lain. Dan saat ini dia telah menemukannya kembali. Dia telah kembali menuruti panggilan jiwanya, dunia jurnalis! "Anak gua sudah besar Sa, jadi sekarang gua punya waktu lagi untuk beraktifitas," Endah memberikan alasan.

Kembalinya Endah ke dunia jusnalisme atau penulisan indikasinya aku rasakan beberapa bulan yang lalu. Waktu itu Endah cerita kalau dia telah menyelesaikan penulisan buku yang dipesan penerbit, yang dia kerjakan sambil lalu. Saat bertemu Endah bilang; "Sa kayaknya gua akan serius menekuni profesi sebagai penulis. Kemarin gua ke Gramedia sama Syahmi, waktu dia lihat nama gua ada di buku yang dipajang di rak buku gramedia, ada tatapan bangga terhadap gua. Dia bangga terhadap ibunya, itu memotivasi gua banget. Jadi gua bertekad, gua akan menulis kembali!" ucapnya dengan nada gemetar, teringat tatapan Syahmi, anak pertamanya.

Hari ini Endah berulang tahun, tidak pada hari ulang tahunnya memang Endah kembali menggeluti dunia jurnalis (penulisan), tapi justru mungkin itu adalah hadiah yang datang lebih awal. Sebagai teman, sahabat, mitra saya mendukung penuh pilihan Endah, dan mudah-mudahan ini memang hadiah ulang tahun yang akan membuat Endah bahagia.

"Petir menyambar hujanpun turun, di tengah jalan aku sempat merenung, masih adakah cinta yang disebutkan cinta, bila kasih sayang kehilangan makna.......

Tidak karena berduka mendengarkan lagu ini, tapi justru karena senang ada sahabat yang berulang tahun.

Selamat ulang tahun sahabat, selamat bekerja dan semoga sukses.

Klik di SINI untuk mendengarkan lagunya

Lihat tulisan lain klik di SINI
Mug Cantik
Bingkisan Ulang Tahun

Salam
Warsa Tarsono
www.wtarsono.blogspot.com
wtarsono@yahoo.com
0818 995 214

3 komentar:

  1. Duh cinta banget warsa ma elo ndah...sampai dibuatkan tulisan special diultah elo :)

    Met ultah ya ndah...selamat meneruskan panggilan jiwamu..^_^

    BalasHapus
  2. Bung Warsa juga hebat, banyak hasil buah tangan dan pikirannya yg bermanfaat buat banyak orang...

    Buat Mba Endah, met ultah, semoga ultah kali ini lebih berarti, apalagi ditambah tulisan Bung Warsa... :)

    BalasHapus
  3. selamat ulang tahun Endah.. tulisan dari Warsa kado ultah terbaik kereen :)

    BalasHapus