Senin, 04 Desember 2023

Masih Mewek Saat Terkenang Bapak

Tanggal 9 Desember ini adalah 100 hari kematian bapak kami, Tarsono. Mengikuti tradisi adat dan keagamaan yang kami ikuti, kami mengadakan slametan 100 hari meninggalnya bapak. Nyatus, kami menyebutnya. 

Acaranya, berdoa/tahlilan dengan mengundang keluarga, kerabat dan tetangga. Bagi saya, acara seperti ini, setidaknya menguatkan saya dan mengurangi rasa sedih setelah kehilangan bapak. 

Setelah hampir 100 hari meninggalnya bapak, terus terang di waktu-waktu tertentu saya masih merasakan rasa sedih. Terutama saat teringat moment-moment tertentu dengan Bapak. Biasanya dipicu oleh sesuatu, yang saya dengar, saya lihat atau apapun yang terhubung dengan bapak.

Beberapa hari yang lalu misalnya, saat saya sedang mencari lagu yg ingin didengar di youtube, tiba-tiba stertuju pada satu thumbnail lagu degung sunda. “Degung Sunda Enak Didengar,” tertulis dalam thumbnail itu. 

Saya tertarik dan kemudian langsung mengkliknya. Mulailah terdengar alunan lagu degung sunda, dengan nada lembut dan menenangkan. Dalam keheningan, tiba-tiba saya teringat moment saya dengan bapak saat kami makan di sebuah restoran sunda. 

Sejak kami masuk dan menyantap makanan, alunan degung sunda itu mengiringi kami dan para pengunjung lainnya. Saya ingat, bapak sangat menikmati sekali suasana itu. Baik masakannya, alunan lagu juga ornamen dan hiasan yang ada di restoran itu. Bapak terlihat takjub dan bahagia sekali. Terlihat dari senyumnya yang sumringah dan tatap matanya yang berbinar. 

Suasana itu terbayang dengan jelas dalam pikiran saya. Tanpa terasa mata saya pun berlinang air mata.

Dalam kurun 6 tahun ini memang saya dekat dengan bapak. Terutama setelah saya memutuskan pulang kampung dan ikut bertani dengannya. Tentu ada banyak kenangan dengannya. Saat kami makan bersama dengan para pekerja di sawah. Saat kami berjibaku menjadi pengurus irigasi di desa saya dan banyak lainnya. 

Saat saya kembali bekerja di Jakarta, interaksi kami juga masih sering, terutama melalui telepon. 

Mengenang semua itu, masih selalu dibarengi rasa sedih karena kehilangan bapak. Tak ingin hanyut dalam kesedihan, saya hentikan ingatan pada moment-moment itu saat saya teringat kembali. Selanjutnya, saya segera memulihkan kesadaran saya, menguatkan diri saya, dan menegaskan saya sudah ikhlas menerima kenyataan itu. 

Begitulah, kematian memang membuat sedih. Apalagi kalau itu adalah orang yang kita cintai, orang tua kita. Tapi saya sadari, hanyut dalam kesedihan itu juga tidak baik. Mudah-mudahan seiring berjalannya waktu saya semakin menerima kenyataan itu. 

Teriring doa, semoga Allah mengampuni dosa bapak, menerima amal baiknya dan menempatkannya di tempat yang mulia di sisi-Nya. Aamiin. 

Jakarta, 4 Desember 2024.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar