Sabtu, 16 September 2023

Bapak Telah Sempurna Menyiapkannya

Dalam waktu yang singkat, Bapak saya meninggalkan kami semua. Sebelumnya Bapak tampak masih sehat. Rentang waktu 5 - 13 Agustus, bahkan Bapak datang ke Jakarta. Saya sempat melakukan perjalanan selama ada di Jakarta. Saya bertamu ke teman saya dan paman saya yang ada di Serpong.

Sebelum datang ke Jakarta dia sempat meminta bertemu dengan teman saya Mas Arief Prawirasoetisna. Mas Arief pernah datang ke rumah saya di Brebes, ngobrol dengan Bapak. Nama dia juga sering saya sebut karena kedekatan saya dengan dia. Sehingga bapak familiar dengan Mas Arief.

Bapak juga ingin mengucapkan terima kasih, saat saya gagal bertani, Mas arief yg mengajak ke Jakarta kembali, kemudian mengajak saya kerja di salah satu proyeknya di Bali. Saat itu di awal masa pandemi Covid 19. Jadi saat banyak orang kehilangan pekerjaan saya justru dapat pekerjaan.

Mungkin beberapa alasan itu yg membuat bapak spesial mengutarakan niatnya untuk bertemu Mas Arief. Saat sudah kesampaian saya pun sempat bertanya apakah Bapak puas setelah bertemu Mas Arief, bapak jawab puas.

Enggak tahu kenapa saya mengajukan pertanyaan itu. Ada perasaan di saya, itu seperti permintaan terakhir dia. Karena sejumlah hal Bapak seperti sudah menyiapkan kepulangannya.

Sebelum lebaran, bapak telah membagi harta warisannya kepada kami. Saat itu secara khusus dia memanggil anak-anaknya yang ada di Jakarta. Saat sudah berkumpul dia sebutkan bagian masing-masing.

Dia juga menegaskan, sepeninggalnya kelak dia tidak ingin anak-anaknya bertengkar karena warisan. Dia juga katakan bahwa dia memilih tinggal bersama saya sebelum meninggal. Sehingga dia meminta kesedian saya dan istri untuk merawatnya sampai hayatnya.

Agar saat meninggal tidak merepotkan anak-anaknya untuk membiayai pengurusannya, dia sisihkan sebagian hartanya untuk bekal mengurus dia saat meninggal. Dia pun masih sempat menabung untuk bekalnya meninggal yang dia titipkan kepada istri saya.

Saat di Jakarta dia ceritakan tabungan itu, dia sampaikan keperluannya. Dia katakan dia ingin memberi hadiah kepada orang-orang yang menyolatkannya. Dia juga berpesan, agar saat jenazahnya dibawa ke penguburan dia ingin anak-anaknya yang memikulnya.

Setelah seminggu di Jakarta, bapak pamit pulang kampung. Setelah itu kami masih berinteraksi melalui telepon. Semuanya seperti biasa saja, Bapak juga tidak pernah mengeluhkan sesuatu. Sakit dia hanya di lutut. Sebelumnya sesekali dia suka mengeluh pusing. Setelah berobat ke dokter maupun mantri kesehatan, biasanya sembuh.

Malam Minggu istri saya masih ngobrol. Pagi Minggu, bapak masih sempat sholat subuh berjamaah ke mushola bersama adik bapak (paman saya).

Diperkirakan Bapak kena serangan pukul 6. Saat itu dia mau bikin makanan buat ayam, diduga karena merasa pusing dia tidur kembali. Istri saya sempat memanggil mantri kesehatan untuk mengobatinya. Tapi rupanya Allah berkehendak lain. Setelah dirawat 4 hari di rumah sakit, bapak menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang didampingi dan ditemani alunan doa keempat anaknya.

Selamat jalan Bapak, semoga Allah menerima amal baikmu, mengampuni dosamu dan menempatkan mu di tempat yang Mulia.

Terima kasih Bapak. Kami yakin, kasih sayangmu tak akan terputus oleh keterpisahan kita.
Jakarta, 16 September 2023
Mengenang kasih sayang Bapak Tarsono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar