Jumat, 02 Januari 2009

Tarif Murah Telepon Seluler


Tidak sengaja tadi pagi saya menyaksikan diskusi tentang fenomena tarif murah telepon seluler di televisi. Diujung diskusi ada telepon dari anggota masyarakat yang mengeluhkan beberapa hal tentang layanan selulernya, diantaranya sering susahnya menelepon karena jalurnya padat.

Selain itu dia juga sering mengalami telatnya SMS yang dia kirim kepada orang yang ditujunya. "SMS lebih lambat dari kereta" selorohnya.

Dia juga mengeluhkan perilaku pembantu rumah tangganya yang sering menelepon ditengah malam sampai sampai menjelang pagi memanfaatkan tarif murah pada malam hari.

Keluhan terakhir hampir sama saya rasakan, tetapi bukan dengan pembantu tetapi dengan adik dan keponakan-keponakan saya. Adik dan keponakan saya saat ini masih remaja. Tentu usia remaja sedang senang-senangnya mereka berhubungan dengan teman-temannya, bahkan mungkin dengan cowok atau ceweknya. Itu sebenarnya bukan masalah, tetapi bertelepon ria pada saat anggota keluarga yang lain terlelap tidur itu menjadi masalah. Sering anggota keluarga yang lain terbangun karena suara-suara yang ditimbulkannya. Selain itu mereka menjadi susah untuk dibangunkan.

Ketika mereka ditegur dengan enteng dia berkata: "Kalau begitu sini minta uang buat beli pulsa, agar saya bisa nelepon siang atau sore".

Tak jarang hal itu menjadi biang konflik antara orang tua dan anak, ketika diingatkan mereka berontak dan kemudian orang tuanya menjadi marah-marah. Kakak saya sendiri (orang tua dari keponakan saya) akhirnya memberikan solusi, kalau hari sekolah saat mereka tidur HP jangan dibawa ke kamarnya, dan kalau libur mereka di diberikan kelonggaran. Walaupun mungkin bukan jalan terbaik, tetapi mungkin solusi yang realistis dari pada sering konflik karena masalah sepele.

Telepon seluler saat ini memang menjadi lahan bisnis yang menggiurkan, dari segi pertumbuhan penggunannya jauh melampaui pertumbuhan telepon rumah (telkom). Untuk menggaet pelanggaan mereka kemudian kor-joran membuat iklan dan menawarkan tarif murah. Masalahnya pertumbuhan pengguna (karena tertarik karena iklan murahnya) tidak diimbangi oleh pertumbuhan infrastruktur. Sehingga keluhan sering susah menelepon, SMS datangnya telat dan lainnya sering dialami oleh para pelanggannya.

Maslah lainnya adalah ketika sebuah seluler menawarkan tarik murah biasanya diikuti oleh persyaratan tertenu. Menjadi persoalan ketika ketentuan dan syaratanya terkesan disembunyikan, diletakkan dipojok dengan tulisan yang sangat kecil. Atau kalau iklannya di televisi, ketentuan dan syaratnya hanya tampil sekilas, sehingga sangat kecil kemungkinan ketentuan dan syaratnya diketahui oleh masyarakat.

Kita masyarakat memang menjadi sasaran para pelaku usaha untuk mencari keuntungan usahanya. Dan itu tidak bisa terhindarkan. Pemerintah telah memberikan rambu-rambu, tetapi mungkin itu saja tidak cukup. Masyarakat sendiri saat ini harus mulai aktif dan kritis ketika melihat iklan atau tawaran-tawaran lain dari produser, untuk semua produk dan jasa.

Wassalam,

wtarsono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar