Sabtu, 17 Januari 2009

Menolong Orang di Jalan Raya


"Hekekat kehidupan bukanlah pada peristiwa-peristiwa besar, tetapi dalam peristiwa keseharian"

Kamis, 15 Januari lalu, dalam perjalanan menuju tempat kerja, di underpass Pasar Senen, saya mendapati seorang Bapak-bapak sedang memberhentikan motornya. Sekilas saya melihat dia sedang membetulkan sesuatu dimotornya. Mungkin ada masalah dengan motornya. Aaya sampaikan underpass Pasar Senen panjangnya lumayan jauh, sehingga kalau kita berhenti ditengah-tengahnya, terasa kesendiriannya, walaupun lalu lalang kendaraan demikian ramainya.

Terbersit ada keinginan untuk menolong bapak itu, tetapi entah kenapa saya tidak memberhentikan motor. Saya tetap melaju dengan kecepatan tinggi. Ada perasaaan menyesal setelah saya berlalu. "Ini kesempatan kamu berbuat baik, kenapa kamu lewatkan", batin saya meronta. "Mana keperduliannmu? mana komitmenmu untuk membantu orang? Apa buah dari kamu beragama? Bagaimana kalau Bapakmu yang sudah menua mengalami seperti itu? dan berbagai pertanyaan lain mencabik-cabik nurani saya.

Saya menyesal, ingin kembali ke Bapak tersebut, tetapi sudah tidak mungkin jaraknya semakin jauh, tidak bisa berputar karena satu arah. Meninggalkan motor, sesuatu yang tidak terpikir oleh saya saat itu. Ada rasa sedih dalam batin saya.

Beberapa saat saya melaju, di depan saya, dari kejauhan saya melihat kembali seseorang yang sedang membetulkan bawaan dalam motornya. Terlihat kesulitan dia membetulkan bawaaannya, karena besar dan beratnya barang yang dia bawa. Kalau dia tidak hati-hati motornya bisa jatuh dan bisa membahayakan kendaraan yang lewat dengan kecepatan tinggi. Dan memang hampir semua kendaraan yang lewat melaju dengan kecepatan tinggi.

Saya tidak ingin melewati kesempatan tersebut, semakin mendekat saya memelankan laju kendaraan saya, dan kemudian berhenti di depannya. Saya hampiri orang tersebut. "Perlu bantuan Pak?" Tanya saya. "Oh iya, tolong pegangin motornya". jawab dia. Terlihat ada kegembiraan dalam raut wajahnya saat saya menghampiri dia dan menawarkan bantuan.

Tidak lebih dari lima menit saya membantu membetulkan bawaan orang tersebut sampai kemudian dia siap melaju kembali. Ucapan terima kasih yang tulus terdengar dari orang tersebut. "Terima kasih banyak Pak" ucapnya. Sayapun melaju kembali, melanjutkan perjalanan menuju kantor.

Ada rasa bahagia dalam hati saya. Saya merasa hari itu menjadi hari yang indah, walaupun mendung tetap menggayut.

Beberapa saat setelah saya melaju, saya terkenang kejadian beberapa waktu yang lalu. Sekitar setahun yang lalu. Dalam suatu perjalalan pulang dari kunjungan teman, rante motor saya copot dan terselip diantara gir dan shock breker di daerah sunter tidak jauh dari jalan Yos Sudarso. Hal itu membuat motor saya tidak bisa jalan. Bahkan hanya untuk dipindahkan ke pinggir jalan, akhirnya saya angkat dengan perlahan.

Waktu menunjukkan pukul 1.30 dini hari. Saya lihat kondisi motor, satu-satunya cara agar motor itu jalan adalah dengan membuka asnya. Sialnya peralatan untuk membuka baut as tidak saya bawa. Beberapa saat saya termangu sendiri. Terpikir oleh saya untuk meminta tolong orang-orang yang lewat, orang-orang yang pakai motor tentunya. Karena saya pikir mereka pasti membawa peralatan motornya.

Karena waktunya dini hari, tentunya tidak banyak yang lewat, saya sampai harus menunggu beberapa waktu. Ada dua orang yang menggunakan yang saya berhentikan, dan dua-duanya sama-sama tidak membawa peralatan motornya. Mereka berhenti sejenak, mencoba memecahkan masalah motor saya. Saat mereka berkesimpulan tidak bisa membantu, mereka meminta maaf dan melanjutkan perjalanannya. Saya tetap berterima kasih.

Waktu berlalu, saya masih mengotak-ngatik motor saya, tiba-tiba dari arah berlawanan ada motor mendekat, mereka berboncengan. Mereka turun dari motor dan menghampiri saya dan langsung bertanya. "Kenapa motornya Mas? "Rantenya terselit" jawab saya. "Oh...saya tidak bawa juga, tapi sebentar akan coba cari di teman saya". Dia berlalu.

Tak lama kemudian dia kembali, dengan membawa peralatan, tetapi bukan kunci yang biasanya dipakai untuk membuka baut yang dia bawa, tetapi sebuah kunci tang. "Kita coba" ucap saya. Kami bertiga kemudian mencoba mambuka baut as sengan tang tersebut. Dengan agak susuh akhirnya terbuka juga, rante terlepas. Tetapi kondisi rantenya sudah tidak mungkin bisa digunakan untuk melajukan motor. Jarak tempat kejadian sampai rumah saya mungkin sekitar 4 Km lagi. Akhirnya dia berinisiatip mencarikan saya ojek untuk menarik motor saya. Dia kembali bersama tukang ojek. Sayapun akhirnya bisa pulang dengan cara motor ditarik oleh motor tukang ojek. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada dua orang yang membantu saya.

Dalam perjalanan pulang, saya merenung dan bertanya sendiri, bagaimana kalau tidak ada dua orang tersebut?

Selain kajadian itu saya mengalami beberapa kali kempes ban. Saat saya menuntun motor ada orang-orang yang cuek, ada orang yang berinisiatif menunjukkan tempat tambal ban dan ada juga orang yang sekedar bertanya kenapa dengan motor saya. Tentu saya merasa respek terhadap orang yang berinisiatif menunjukkan lokasi tempat tambal ban. Saya berterima kasih sekali.

Tetapi ternyata saya juga merasa senang kepada orang-orang yang hanya sekedar bertanya. Saya merasa ada suatu perhatian dari orang-orang tersebut, dan itu cukup menghibur saya. Walaupun mereka tidak membantu lebih jauh, mereka hanya bertanya "Kenapa dengan motornya mas? dan kalau mereka tahu tempat tambal ban biasanya menunjukkan. Kalau tidak tahu mereka menyarankan saya untuk bertanya kepada orang yang saya temui. Tapi itu cukup membuat hati saya senang.

Sejak kejadian-kejadian itu, saya berjanji kepada diri saya sendiri untuk membantu orang-orang yang punya masalah di jalan raya. Pada implementasinya, saya akui tidak semua saya bantu dengan berbagai alasan. Tapi sekian kali saya melakukannya.

Saya pernah membantu mendorong mikrolet yang mogok, sementara para penumpangnya tidak ada yang mau turun membantu, menunjukkan tempat tambal ban, menarik motor yang mogok kerena rantenya putus, membantu memuat kembali bawaan yang jatuh dari motor atau sekedar membantu membetulkan kembali, bahkan hanya sekedar bertanya kenapa dengan kondisi motornya?

Semua bentuk pertolongan sederhana tersebut ternyata telah membuat saya berbahagia dalam kelanjutan perjalanan saya. Saya merasa ternyata saya berarti buat orang lain. Mungkin kecil, mungkin sederhana, tetapi itulah yang saya bisa lakukan.

Wassalam,

wtarsono
wtarsono@gmail.com
98946165

Tidak ada komentar:

Posting Komentar