Jumat, 09 Desember 2011

ALI SADIKIN NGOTOT, MASJID SAID NAUM BERDIRI

Bagian Kedua dari Dua Tulisan
Masjid Said Naum dibangun tahun awal 1970-an, diresmikan penggunaannya tahun 1975 oleh Menteri Dalam Negeri Amir Machmud. Masjid Said Naum dibangun di bekas tanah pemakaman yang merupakan wakaf dari almarhum Said Naum. Dia mewakafkan tanah seluas dua seperempat hektar. Selain masjid, di bekas tanah pemakaman tersebut dibangun sekolah dan rumah susun.

Perubahan dari areal pemakaman menjadi masjid, sekolah, dan rumah susun dilakukan saat Ali Sadikin menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Saat itu, perkembangan Jakarta sedang tumbuh pesat. Ali Sadikin memandang sudah tidak tepat lagi ada pemakaman di pusat kota. Dia mengusulkan untuk memindahkan pemakaman yang ada di pusat kota ke pemakaman yang ada di pinggir kota. Saat itu, dia menunjuk pamakaman Jeruk Purut di Jakarta Selatan.

Ketika gagasan itu dilontarkan terjadi kontroversi. Sebagian ulama berpendapat bahwa rencana pemindahan tersebut haram, karena tanah itu diwakafkan untuk kuburan. Tapi, sebagian ulama membolehkannya, selama fungsi wakaf itu dipergunakan untuk kemaslahatan umat. Alasannya, agar amal jariah dari pewakaf tetap mendapatkan pahala.

Foto: Ali Sadikin
Walaupun ada kontroversi, pemindahan kuburan tetap dilakukan pemerintah, dan sebagian pemindahan dilakukan oleh keluarga atau ahli waris. Karena takut tanah tersebut dikuasai pemerintah dan menjaga agar nilai wakaf itu terpelihara, para tokoh dan ulama mengadakan dialog dengan pemerintah. Hasilnya, pemerintah dan tokoh agama bersepakat di sebagian tanah tersebut akan dibangun sekolah dan masjid. Sebagian tanah yang lainnya dibangun rumah susun.

Saat sekolah dan masjid tersebut selesai dibangun, agar mempunyai kekuatan hukum, dibuatlah Yayasan Wakaf Said Naum. Selanjutnya, Yayasan Wakaf Said Naum ini yang mengelola sekolah dan masjid tersebut, sampai saat ini. Adapun sekolah yang dikelola oleh Yayasan Wakaf Said Naum dari mulai tingkat Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Kini, pengurus yayasan mempunyai rencana untuk membuat perguruan tinggi. “Pengurus yayasan saat ini sedang mendesain untuk membuat bangunan tingkat tujuh atau delapan dan kemudian mengupayakan agar bisa mendirikan universitas atau perguruan tinggi,” ujar Abdullah Djaidi, wakil ketua Yayasan Wakaf Said Naum.

Dibiayai dari Jasa Parkir
Masjid Said Naum pembangunannya dibiayai oleh Pemda DKI Jakarta. Konsekuensinya, Pemda berhak membangun rumah susun di bekas areal pemakaman yang merupakan wakaf dari Said Naum itu.

Selanjutnya, pengelolaan masjid tersebut Pemda menyerahkannya kepada Yayasan Wakaf Said Naum. Menurut Abdullah Djaidi, Pemda DKI tidak memberikan biaya pengelolaan masjid tersebut. Biaya pengelolaan masjid mengandalkan sumbangan dari para donator dan sewa parkir.

Bukan Sekedar Tempat Ibadah
Kegiatan utama Said Naum adalah penyelenggaraan dakwah yang meliputi penyelenggaraan ibadah sholat, pengajian dan peringatan hari-hari besar Islam. Tapi pengurus tidak ingin kegiatan di Masjid Said Naum sebatas itu. “Memang saat awal, pengurus belum menyentuh masalah sosial ekonomi. Tapi setelah kepengurusan berjalan beberapa tahun, kami membuat program bantuan modal buat masyarakat sekitar masjid. Tapi program itu tidak berjalan lama. Hal itu disebabkan pengembalian yang tidak lancar dari para peminjam,” jelasnya.

Tapi pengurus tidak berhenti karena kegagalan program pertama, kemudian mereka membuat program santunan biaya pendidikan atau beasiswa kepada anak-anak yatim di sekitar masjid. Program itu berjalan lancar. Karena keberhasilan program itu, pengurus terlecut untuk membuat kegiatan yang diperuntukkan bagi anak-anak penerima santunan.

Kemudian, digagaslah TPA. “Kami menganggap tidak cukup hanya dengan memberikan biaya sekolah, kita juga harus memberikan pembinaan kepada anak-anak itu, dan menurut kami wadah pembinaan yang paling efektif adalah TPA. Anak-anak itu diajarkan membaca al-Qur’an, serta pengetahuan dan pemahaman agama. Aktivitas mereka setiap hari Senin sampai Jumat, mulai jam empat sampai jam enam,” jelasnya lagi.

Menjaga Orisinalitas
Lebih dari 30 tahun masjid Said Naum berdiri. Keberadaanya seolah menjadi oase kekeringan spiritual masyarakat kota yang diburu kemajuan kota. Banyak orang-orang yang bekerja atau berkantor di sekitar masjid memanfaatkan masjid Said Naum untuk kembali menyegarkan spiritualitas mereka.

Masjid Said Naum bukanlah salah satu bangunan yang menjadi cagar budaya, tapi originalitasnya selalu dijaga oleh para pengurusnya. “Kami sama sekali tidak melakukan perubahan terhadap masjid itu. Setiap kami akan melakukan rehab atau penambahan bangunan, seperti bangunan yang saat ini menjadi TPA, kami selalu berkonsultasi dengan Pak Adhi Moersid,” tutur Abdullah Djaidi menutup pembicaraan.***

Mencari Bingkisan Cantik untuk Ulang Tahun Anak Anda, Klik di SINI

Tulisan terkait:
Masjid Said Naum, Meraih Aga Khan Award-Bagian Pertama dari Dua Tulisan
Masjid Alatif Bagian Pertama dari Dua Tulisan
Masjid Alatief Bagian Kedua dari Dua Tulisan
Mencari Mal Ramah Islam
Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru
Masjid Sunda Kelapa Menteng
Dari Haram Jadah, Menjadi Hamparan Sajadah
Masjid Cut Meutiah Menteng


Saya tunggu komentar atau rating Anda. Apapun komentarnya atau berapapun ratingnya berharga bagi saya.

Terima Kasih
Warsa Tarsono
HP: 0818 995 214/021-96318167
Email: wtarsono@yahoo.com
FB: Warsa Tarsono
Twitter: @wtarsono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar