Senin, 26 Desember 2011

KOMUNITAS DIMMERS DAN KLAKSONERS?

KLIK MUG CANTIK UNTUK BINGKISAN ULANG TAHUN ANAK ANDA
Sudah pernah mendengar nama komunitas ini? Saya menyadari bahwa beberapa bulan terakhir ini komunitas dimmers dan klaksoners makin eksis terutama di jalan-jalan raya. Komunitas ini tidak memberi syarat yang sulit untuk para anggotanya, mereka semua independent dan tidak terikat aturan, karena memang tidak tahu aturan. Sebelum Anda penasaran, saya harus jujur, bahwa saya ngarang saja mengenai komunitas ini.

Setiap kali merambah jalan raya, saya harus menelan gusar, terutama ketika mengemudi. Entahlah, seolah etika masyarakat khususnya pengguna jalan raya di ibukota Jakarta ini sudah luruh. Tidak sedikit para pengemudi menggunakan lampu dim atau klakson pada kendaraan lain untuk menyingkirkan kendaraan di depannya. Padahal itu sangat berbahaya, khususnya di jalan tol.

Contoh nyata adalah pada pengalaman pribadi saya yang merupakan pengguna setia Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta atau JORR, jalan tol di Jakarta yang menurut saya paling nyaman, karena sangat jarang terkena macet. Namun hal tersebut ternyata dimanfaatkan mayoritas penggunanya untuk kebut-kebutan. Mereka tidak menoleransi kendaraan lain yang berjalan dengan kecepatan dibawah 100 km/jam. Lampu dim dan klakson akan sambut menyambut, tidak peduli jika lalu lintas sedang ramai.

Apabila objek kendaraan yang dihujani lampu dan klakson tidak mengindahkan, maka kendaraan pecinta lampu dim dan klakson ini akan merapatkan jaraknya pada kendaraan lain, hal tersebut akan sangat berbahaya apabila kendaraan yang di depan berhenti mendadak, tentu saja kecelakaan yang akan terjadi. Tabrakan beruntun. Dan tahukah Anda bahwa 80% kecelakaan di jalan tol terjadi pada jalur paling kanan?

Analisa bahwa di ibukota mayoritas penduduknya adalah orang-orang yang sangat menghargai waktu, hal yang tidak dapat dibenarkan untuk menjadikan perilaku dimmers dan klaksoners ini menjadi hal yang lazim terjadi. Empati, toleransi, sikap santun, dan mengutamakan keselamatan seharusnya menjadi syarat utama untuk para pengemudi dan pengguna jalan raya.

Menurut informasi dari seorang teman, membunyikan klakson adalah perbuatan yang tidak dianjurkan, bahkan bisa menyebabkan dikeluarkannya surat tilang oleh petugas –tapi itu di luar negeri. Salah seorang tamu dari Malaysia cukup terheran-heran dengan etika berkendara masyarakat Jakarta. Mereka bilang, jika pengemudi membunyikan klakson, pengendara lain akan tersinggung dan akan menyulut kemarahan, bahkan dapat menuntut kepada pihak berwajib atas perbuatan yang tidak menyenangkan. Mungkinkah hal tersebut diberlakukan di Indonesia?

Jika kita runut ke belakang, Indonesia adalah negara dengan pemeluk muslim terbesar. Islam adalah agama yang mengajarkan kesabaran dan keikhlasan. Lalu, mengapa hal tersebut tidak diaplikasikan dalam kehidupan? Padahal, tidak jarang para pelaku dimmers dan klaksoners ini menggunakan kopiah, bahkan jilbab sebagai simbol yang menunjukkan kemusliman.

Asumsi yang sering diungkapkan, bahwa orang-orang yang berpendidikan atau yang secara materi berkecukupan dapat mengendalikan emosi lebih baik daripada yang tidak berpendidikan atau secara ekonomi kekurangan ternyata tidak berlaku di jalan raya. Karena, lagi-lagi para pelaku dimmers dan klaksoners adalah orang-orang dengan mobil mewah, dan saya rasa, mayoritas mereka mengenyam pendidikan minimal SMA atau setara.

Pola hidup masyarakat ibukota yang individualis, suka bermewah, dan materialistik sudah seperti virus ganas yang menggerogoti keimanan masyarakat kota-kota besar. Ketidakpedulian akan kepentingan sesama menjadi hal yang lumrah, masyarakat lebih memilih menjadi “penonton” dibanding menjadi bagian dari solusi. Penonton kecelakaan, penonton korupsi, penonton pornografi, penonton tindak anarkis, dan masih banyak lagi.

Saya termasuk di dalamnya. Sebuah realita menghentakkan batin ketika pada suatu hari di salah satu mal, ketika saya sedang makan siang bersama seorang teman, tiba-tiba seorang ibu berteriak-teriak panik memanggil anaknya yang ternyata hilang. Ibu tersebut bertanya pada hampir seluruh pengunjung food court, termasuk saya, menanyakan apakah ada yang melihat anak dengan ciri-ciri yang disebutkan, kami hanya menggeleng-gelengkan kepala.

Tidak ada yang tergerak untuk membantu mencari, atau minimal berdiri dan bergegas memanggil pihak keamanan, semuanya hanya menjadi “penonton”. Sebagian bahkan berkomentar pedas, gimana sih ibunya, anak kok bisa hilang, atau, yang salah ibunya tuh, teledor banget. Menyedihkan bukan? Sampai sekarang penyesalan menghantui kenapa saat itu saya tidak melakukan apa pun untuk sang ibu yang tertimpa musibah itu. Hanya permintaan maaf dan doa yang bisa saya panjatkan untuk sang ibu, mudah-mudahan dia telah menemukan anaknya.

*

Aa Gym menegaskan bahwa segala sesuatu harus dimulai dari diri sendiri.

Jadi, setelah tulisan ini rampung, saya bertekad pada diri sendiri untuk melatih sensor kepedulian saya pada sesama. Saya akan melambatkan kendaraan apabila melewati jalan yang padat penduduk, setia menggunakan jalur tengah di tol dan akan menggunakan jalur paling kanan atau jalur untuk mendahului hanya jika amat sangat diperlukan saja, melatih kesabaran menghadapi mobil tua atau mungkin pengemudi yang baru bisa menyetir, memilih berhenti bukannya menggas kencang apabila orangtua, anak-anak, atau wanita akan menyebrang jalan.

Saya hanya akan ber-istighfar apabila kendaraan umum menaikkan dan menurunkan penumpang seenaknya, berusaha untuk tidak terpancing ikut lomba kebut-kebutan liar di jalan dan mudah-mudahan saya bisa menjalaninya dengan hati ikhlas dan penuh doa: semoga hidup di ibukota akan menjadi lebih baik dan nyaman untuk semua.

Dan semoga kita, saya dan Anda, bukan orang yang akan jadi anggota komunitas dimmers dan klaksoners .***

Jika berkenan berikan komentar atau rating terhadap tulisan ini. Tks

*Diana Caroline, saat ini bekerja di Mizan Productions. Dua buku yang ditulis berjudul Tuntun Aku ke Jalan-Mu (Hikmah Publishing House, 2007) dan The Govins (Imania, 2011).

Tulisan ini dimuat di Blog ini sudah dengan izin yang bersangkutan.

Bingkisan Cantik Untuk Ulang Tahun Anak Anda

Tulisan lain:
Rasid Memungut Sampah Sebagai Panggilan Hati
Kisah Inspiratif dari Chicken Soup for The Soul
Aksi Mahasiswa UI Menjadi Sesuatu Banget
Ucapkan Selamat dan Doa Ulang Tahun Lewat Lagu
Ali Sadikin Ngotot, Masjid Said Naum Berdiri
Mencari Mal Ramah Islam

Terima Kasih
Warsa Tarsono
HP: 0818995214/02196318167
Email: wtarsono@yahoo.com
FB: Warsa Tarsono
Twitter: @wtarsono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar