Kamis, 06 Agustus 2009

Derita yang Tak Jadi Derita


Spontan terdengar standing applause dari penonton Kick Andy, saat Eko Ramaditya Adikara yang biasa dipanggil Rama menunjukkan keahliannya membuat aransemen musik game yang berasal dari suara suling dan diolah dengan sebuah laptop kecil miliknya. Rama mempertunjukkan keahliannya ketika diundang sebagai tamu pada program Kick Andy di Metro TV. Rama seorang tunanetra, tapi mahir menggunakan laptop, sebagaimana orang normal menggunakannya.

Sejak lahir, Rama menderita tunanetra. Tapi, dia mengetahui sebagai penderita tunanetra baru pada usia 7. Itu pun bukan dari keluarganya, tapi dari teman bermainnya. Temannya mengatakan bahwa dirinya buta. Saat diberitahu pun Rama tidak mengerti apa itu buta. Setelah dijelaskan, baru Rama mengerti.

Tunanetra ke Sekolah Umum

Rama tumbuh sebagaimana anak lainnya. Setelah memasuki usia sekolah, orang tuanya mendaftarkannya untuk sekolah. Semula Rama bersekolah Taman Kanak-kanak (TK) SLB di Kota Semarang. Tapi kemudian ia pindah ke Jakarta mengikuti orang tuanya. Di Jakarta orang tua Rama memasukkan Rama di Sekolah Luar Biasa (SLB) Pembina Tingkat Nasional (PTN) di bilangan Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Rama sekolah di SLB PTN dari TK Sampai Sekolah Dasar (SD).

Selama sekolah di sana, prestasi Rama selalu baik, menempati peringkat tiga besar. Selain itu Rama sering mewakili sekolahnya untuk mengkuti beberapa lomba, seperti lomba puisi, abang none, dan lain-lain. Karena prestasinya Rama mendapatkan piala Brama Jaya. Sebuah penghargaan yang diberikan kepada murid yang berprestasi dan sering mengharumkan SLB, dan terutama sering menjadi juara kelas. Rama lulus dari SD dengan nilai yang cukup memuaskan.

Memasuki Sekolah Menengah Pertama (SMP) Rama menginginkan untuk sekolah di sekolah umum. Agar prosesnya dipermudah, ayahnya meminta Departeman Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) mengeluarkan Surat Kaputusan (SK) bahwa seorang tunanetra mampu bersekolah di sekolah umum. Berbekal SK itu, orang tua Rama mendaftarkan anaknya di SMP 226 Jakarta. Semula, memang ada kesulitan. Tapi, setelah diyakinkan, sekolah itu bersedia menerimanya. Walaupun tidak mudah orang tua Rama meyakinkan pihak sekolah.

Memasuki jenjang pendidikan menengah atas Rama tidak mengalami hambatan berarti. Rama masuk ke Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 11. Di sekolah tersebut sudah ada beberapa seniornya yang juga cacat penglihatan, karenanya sekolah juga tidak memasalahkannya. Di tingkat perguruan tinggi, Rama mendaftarkan diri di Universitas Darma Persada (UDP) Jurusan Sastra Inggris. UDP semula mereka tidak mau menerimanya. Mereka beralasan di univrsitas tersebut tidak mempunyai sarana penunjang untuk mahasiswa tunanetra. Rama dan Bapaknya berusaha meyakinkan. “Kalau nilai ujian saya tidak dapat memperolah nilai di atas 80, silahkan saya keluarkan,” Rama meyakinkan. Rama akhirnya diterima, dan nilai ujian dia 80,2!

Menjadi Komposer Musik Game

Seorang tunanetra bisa memainkan game, banyak orang mungkin tidak percaya. Akan lebih banyak lagi orang tidak percaya kalau ada seorang tunanetra mengaku bisa membuat aransemen musik game. Tapi itulah kenyataannya. Rama bisa melakukan itu semua. Walaupun memang game yang dimainkan adalah game yang berbasis audio, tapi tetap saja itu mempunyai kesulitan tersendiri.

Rama tertarik terhadap game bermula saat ia diajak ke kantor bapaknya. Di kantor ayahnya, ia dikenalkan dengan game komputer. Sejak itu Rama mulai senang dengan game, bahkan kemudian dia bisa memainkan game arcade yang ada di mal-mal. Karena gemar bermain game, bapaknya membelikan console (mesin game) Atari. Selanjutnya Rama mulai mengenal console game Nintendo. Di Nintendo Rama gemar memainkan game Donkey Kong Country, Final Fantasy, Super Mario World, dan beberapa game Jepang lainnya. Rama benar-benar menggemari game, karena dengan game dia bisa berimajinasi dan berkreasi dengan kreatif.

Setelah sekian lama menggemari game, Rama kemudian tertarik dengan musiknya. Dia merekam musik-musik game tersebut. Semasa kuliah, dia mengetahui bahwa video game juga mempunyai soundtrack musiknya. Mengetahui hal itu, Rama mulai berburu soundtrack game untuk dikoleksi. Dia mencari di toko-toko game atau download di internet. Rama kaget saat mengetahui ada komunitas penggemar musik game. Kemudian dia pun bergabung. Di komunitas tersebut, Rama saling bertukar koleksi musik game dengan sesama penggila game lain.

Ketertarikan Rama terhadap musik game tidak ingin sebatas sebagai penikmat. Dia menginginkan lebih dari sekedar itu. Dia pun kemudian berinisiatif untuk membuat musik-musik game. Semua musik game yang dia ciptakan ditampilkan di blog miliknya. Rama mempersilahkan pengunjung untuk mengunduh hasil karyanya. Seratus lebih musik game berhasil dia ciptakan.

Kemahiran Rama membuat musik game diketahui oleh Koji Kondo, komposer musik Mario Bros Galaxy dari Nintendo. Tanpa dinyana Rama ditawari untuk ikut menata musik game Nintendo untuk video game Super Smash Brother Brawl. Rama senang. Kerjasama pun berlanjut. Beberapa musik game ciptaan Rama, dipakai untuk tema lagu permainan Final Fantasy VII, sebuah permainan buatan Jepang yang sangat terkenal di kalangan pencinta game komputer. Sejak kerjasama itu, kemahiran Rama mengaransemen musik game mulai dikenal lebih luas lagi.

Komputer, Nge-blog dan Menjadi Jurnalis

Buat kebanyakan orang, tunanetra identik dengan huruf Braille. Saat seorang tunanetra terlihat sedang membaca, dalam pikiran banyak orang buku tersebut merupakan buku dengan deretan huruf-huruf Braille. Tapi yang dupertunjukkan Rama tidak demikian. Rama terlihat mahir menggunakan laptop. Karenanya, penonton Kick Andy dibuatnya terkagung-kagum. Kok, bisa? Bukankah informasi yang disajikan komputer dalam bentuk visual. Artinya, dibutuhkan kemampuan indra penglihatan untuk bisa menggunakannya.

Seiring dengan kemjuan teknologi komputer, saat ini berkembang pula teknologi komputer yang bisa digunakan oleh para tunanetra. Salah satu teknologi yang digunakan adalah screen reader, yaitu sebuah aplikasi yang akan mengolah teks atau objek dalam komputer diubah menjadi suara. Aplikasi ini memungkinkan seorang tunanetra bekerja menggunakan aplikasi office, berinternet bahkan chatting dengan Yahoo Messenger. Teknologi itulah yang digunakan Rama. Karenanya dia bisa membuat aransemen musik game dan berselancar di internet. Dengan teknologi tersebut Rama juga bisa membuat, blog bahkan mendesainnya.

Ketertarikan Rama membuat blog berawal dari hobinya membuat catatan harian. Sebelum mengenal teknologi digital pada komputer, Rama membuat catatan harian dengan huruf-huruf braille. Kemudian setalah dia mempunyai komputer, catatan hariannya dituangkan dalam komputer dengan format dokumen word.

Sekitar 2003, Rama dikenalkan oleh sahabatnya kepada website. Bahkan sahabatnya menawarkan untuk mengajarinya membuat website. Rama antusias menerima tawaran itu. Tak lama setelah Rama belajar membuat website, dia meluncurkan website-nya. Masih sederhana, hanya berisi catatan hariannya. Website pertama yang diluncurkan Rama beralamat di http://www.ramaditya.netfirm.com. Pada 2005, Rama membeli domain dengan alamat www.ramaditya.com, alamat inilah yang sampai saat ini masih digunakan.

Petualangan Rama tidak berhenti di komputer. Rama juga tertantang memasuki dunia yang lain, dunia yang kecil kemungkinannya mau dijamah oleh seorang tunanetra. Dunia jurnalis. Ya, Rama menjadi jurnalis. Rama sadar, menjadi jurnalis diperlukan bukan hanya sekedar kemampuan menulis, lebih dari itu, kesigapan mencari narasumber juga hal penting. Sekali lagi, Rama mampu membuktikan ketunanetraannya bukan menjadi penghalang.

Keterlibatannya dalam dunia kewartawanan dimulai saat dia menerima tawaran untuk mengikuti pelatihan jurnalistik yang diadakan oleh LKBN Antara dan Detik.com, bekerjasama dengan Samsung Digital Hope. Pelatihan ini dikhususkan untuk para penyandang cacat. Diharapkan dari pelatihan tersebut, para peserta bisa membuat dan mengelola media online.

Selesai pelatihan Rama langsung diterjunkan sebagai reporter media Mitra Netra News Online. Tugas pertamanya adalah meliput acara pelatihan Internet Center. Setelah itu Rama ditugaskan untuk meliput bazaar sosial yang diadakan oleh organisasi-organisasi penyandang cacat di Gereja Katedral.

Hampir setahun Rama menjadi reporter Mitra Netra News Online. Ia berhenti sebagai reporter karena dia harus melanjutkan kuliahnya. Tapi, bukan berarti ia lantas berhenti dari kegiatan lain. Ternyata ia ”tergoda” juga mencoba kegiatan yang agaknya cocok dengan sifatnya yang optimis dan gemar berbagi.

Setelah Rama tampil di Kick Andy, ada gairah yang muncul. Terbersit dalam pikirannya, ia ingin menjadi motivator. Rama merasa seolah telah ditunjukkan jalannya oleh Allah, dia dipertemukan dengan Ibu Aisah. Ibu Aisah adalah ketua penanganan eks-pengguna narkoba di beberapa rumah sakit di Jakarta. Dalam sebuah pelatihan, Ibu Aisah meminta Rama untuk menceritakan pengalaman hidupnya, ternyata respon dari peserta antusias. Banyak dari mereka termotivasi setelah mendengar pengalaman hidup Rama.

Dari situ kemudian Rama memulai menjalani profesi sebagai motivator. Dia masuk menjadi tim Bu Aisah menjadi trainer dari pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh lembaga yang dipimpin Bu Aisah. Sebagai motivator, ia pernah ikut serta program penyembuhan ketergantungan narkoba sebagai motivator untuk para slankers. Program antinarkoba ini memang bekerja sama dengan Bunda Ifet.

Lima Bidadari Rama

Selain sebagai seorang tunanetra yang selalu gigih dalam mewujudkan cita-citanya, ada sisi lain dari sosok Rama, yang unik dibanding sesama penyandang tunanetra maupun tidak. Salah satu keunikan Rama adalah, dia mencoba mendeskripsikan sifat atau karakter yang ada dalam dirinya. Setiap karakter yang dia temukan dia beri nama. Rama menyebut karakternya dengan bidadari, karena memang penamaan terhadap karakternya menggunakan nama-nama perempuan.

Ada lima karakter, yang pertama bernama Wahitha. Wahitha adalah perwujudan kecerdasan spiritual yang dia miliki. Sifat yang melekat dari sosok Wahitha adalah pengendalian diri, kedewasaan, kebijaksanaan, dan kepemimpinan. Karakter kedua bernama Tiara. Tiara merupakan simbolisasi dari kecerdasan emosional yang dimiliki Rama. Sifat yang melekat pada Tiara adalah lapar, haus, bahagia, sedih, menikmati alam, kesakitan, rangsangan seksual, dan cinta.

Karakter ketiga adalah Aurora. Nama ini melambangkan kecerdasan intelektual Rama. Ini berkaitan dengan kecerdasan Rama dalam hal matematika, mendefinisikan kata-kata, menciptakan rancangan-rancangan, mengulang kata-kata dari ingatan, dan mengerjakan tugas-tugas lain. Karakter yang keempat diberi nama Darth Aurora, merupakan simbolisasi dari sifat fisik Rama. Rama menyebutnya sebagai sifat-sifat negatif dari raganya. Lucunya Rama meminta kepada pembaca untuk mengidentifikasi sendiri sifat-sifat itu. “Di sini yang dimaksud adalah sifat-sifat raga yang negatif, tentunya dapat Anda tuliskan atau sebutkan sendiri,” tulisnya.

Karakter kelima dia beri nama Lala. Lala adalah simbolisasi dari karakter Rama sebagai sosok penggembira dan presentatif. Sifat yang melekat pada Lala adalah cerewet, pelupa, usil, dan gemar bersenda gurau.

Keunikan Rama ini berlaku juga ke benda-benda yang ia miliki. Ia selalu memberi nama pada benda-benda yang dia miliki: suling dia berinama Tiara, laptop kecilnya dia berinama Via, dan sebagainya.

Ketabahan Orang Tua Rama

Menjadi orang cacat siapapun pasti tidak mau. Tapi, siapa yang bisa menolaknya, ketika Tuhan berkehendak maka tak ada yang mampu menghalangi. Ikhlas dan syukur menjadi kunci untuk menerima kehendak Tuhan. Itu yang diperlihatkan oleh orang tua Rama. Walaupun diawal mereka bersedih. Tapi kesedihan itu tidak berlarut-larut. Mereka secepatnya tersadar bahwa bayi yang dilahirkannya adalah darah daging mereka. Mereka membesarkan Rama dengan kasih sayang, tanpa pernah merasa itu sebagai aib.

Rama diberikannya kesempatan mengenyam pendidikan sebagaimana layaknya anak-anak normal. Saat Rama menginginkan bersekolah di sekolah umum, orang tuanya berusaha keras mewujudkannya. Penolakan mereka terima, tapi mereka tetap berusaha. Berbagai upaya mereka lakukan. Dan berhasil. Rama sekolah di sekolah umum, walaupun konsekwensinya mereka harus merekam buku-buku pelajaran Rama. Mereka tidak bosan melakukannya.

Dalam membesarkan Rama, orang tuanya tidak melakukan perlakuan yang spesial kepada Rama karena ketunanetraannya, tidak juga melakukan deskriminasi. Orang tua Rama membiarkan Rama tumbuh secara normal.

Perlakuan seperti itu membuat Rama tumbuh dengan pribadi yang kuat. Pribadi yang selalu bersyukur, penuh percaya diri dan pantang menyerah. Rama tidak pernah menjadikan ketunanetraannya sebagai alasan untuk minta dikasihani, bahkan untuk melakukan pembenaran terhadap kegagalannya. “Kesempurnaan itu bukan semata-mata tergantung dari fisik, tapi juga tergantung dari kemampuan dan niat kita sendiri. Banyak kita melihat taman-teman yang fisiknya sempurna, tapi mereka ada di penjara, berarti sebenarnya mereka tidak bahagia. Saya yang secara fisik tidak sempurna, tetap bisa bahagia,” tegas Rama.

Salam

wtarsono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar