Kamis, 18 Juni 2009

Masalah yang Ditemukan di Novel KCB


(Berikut kutipan dari Buku Ketika Cinta Bertasbih edisi cover film (2 edisi dijadikan satu).

Ini adalah 2 masalah yang saya temukan dari isi novelnya. Saya ambil dari Bab Ikhtiar Mencari Cinta (hal 585-586). Deskripsi Ini adalah generalisasi yang jahat terhadap perempuan. Dan pasti orang yang tertawanya seperti di gambarkan oleh novel ini akan sakit hati.)

"Begini lho Zam, alasan Bue berdasarkan ilmu titen kenapa ibu tidak setuju dengan dua gadis itu begini. Pertama Rina, gadis temannya adikmu itu memang baik. Bue akui itu. Sopan santunnya baik. Cuma ada satu hal yang ibu amati, dan Bue tidak cocok adalah ketika dia dulu menginap di sini, bisa-bisanya habis shalat Subuh tidur lagi. Padahal kita bertiga tidak tidur. Dia lalu bangun jam tujuh pagi. Ini yang membuat ibu tidak cocok. Bagaimana kalau dia nanti jadi ibu bakda Subuh tidur. Di rumah orang saja nekat begitu apalagi nanti di rumah sendiri."
"Tapi Bue, Rina pada waktu itu memang terlalu letih. Sehari sebelumnya dia ada acara full di kampus." Husna berusaha membela Rina, meskipun dia juga tahu kebiasaan tidur setelah shalat Subuh itu masih dilanggengkan temannya itu sampai saat itu.
"Ah apapun alasannya. Ibu tak peduli. Kata ayahmu dulu kalau orang tidur habis Subuh rezekinya dipatuk sama ayam, jadi hilang! Terus itu Si Tika atau Kartika Sari yang jadi penjaga kios Sumber Rejeki di Pasar Klewer. Memang dia cantik dan anggun. Saat kita dolan ke rumahnya juga baik tutur bahasanya. Tapi Bue tidak suka caranya dia tertawa. Tertawanya ngakak-ngakak seperti itu. Dia itu seorang gadis masak tertawanya ngakak begitu. Kalau laki-laki masih agak mending, mungkin masih agak bisa dimaklumi. Ini gadis. Rasulullah saja kalau tertava tidak ngakak-ngakak begitu. Setelah mendengar dia tertawa seperti itu Bue langsung kehilangan selera. Maaf, yang biasa tertawa begitu itu biasanya perempuan murahan, pelacur.

(Sementar cuplikan tulisan ini saya ambilkan dari Bab Dari Mila Hingga Seila (hal 604-605). Bahkan ini lebih tidak manusiawi. Bagaimana perasaan orang yang mempunyai anak seperti itu kalau diperlakukan seperti cerita di bawah ini. Dan itu dilakukan oleh sosok yang digambarkan Abik sebagai sosok malaikat.)

Gagal mendapatkan putri Pak Jazuli tidak membuat Azzam putus asa dalam berikhtiar mencari jodohnya. Setiap ada informasi yang ia rasa menarik ia kejar informasi itu. Sampai pun ia mendapat informasi dari Kang Paimo.

Saat ronda malam Kang Paimo cerita bahwa di Singopuran ada juragan beras kaya namanya Pak Haji Darmanto. Biasa dipanggil Haji Dar. Kang Paimo cerita Haji Dar punya anak putri yang cantik, dan pernah bilang padanya bahwa siapa yang mau menikahi anaknya dengan cepat akan dinaikkan haji seluruh keluarganya.

Azzam tertarik. Suatu sore, saat langit terang benderang, matahari masih bersinar cerah, Azzam mencari rumah Haji Dar. Dan ketemu. Rumahnya agak dekat dengan pabrik tembakau. Haji Dar agak kaget ketika Azzam datang. Tanpa basa-basi Azzam mengutarakan niatnya menyunting putri Haji Dar itu. Haji Dar luar biasa senangnya. Seketika Haji Dar ke belakang mencari isterinya. Saat Haji Dar kebelakang ia melihat ada anak gadis berkulit putih muncul dari samping rumah. Ia perkirakan gadis itu mahasiswi semester tiga atau empat.
Ia kaget, tiba gadis itu duduk begitu saja di halaman seperti anak kecil. Lalu ia main karet yang ia bawa dengan plastik hitamnya. Belum bilang kagetnya isteri Haji Dar muncul.
"Ini Bu namanya Nak Azzam. Dia yang melamar akan menikahi Eva." Terang Pak Dar pada ibunya.
"Kau sudah mantap Nak?"
"Insya Allah Bu."
Tiba-tiba ia dikagetkan oleh gadis itu yang menangis meraung¬raung di halaman sendirian. Gadis itu lalu berdiri dan masuk rumah. Lalu menangis di pangkuan ibunya.
"Ibu Eva man mimik susu! " Kata gadis itu.
Seketika seluruh badannya gemetar. Gadis itu memang cantik tapi ternyata gadis itu punya kelainan. Yaitu keterlambatan perkembangan pikirannya. Ia mau pingsan rasanya saat itu. Ia langsung buru-buru minta diri. Dan minta maaf pada Pak Haji Dar. Ia bilang bahwa dirinya salah alamat. Ingin rasanya ia menjitak Kang Paimo.

Catatan tambahan:
Beberapa waktu yang lalu ada gup lawak tampil di TV yang menceritakan sebuah joks. Joks nya begini:
Seorang perempuan di perkosa oleh 5 orang pemuda. Saat diperkosa oleh pemuda pertama perempuan itu berontak dan menjerit-jerit, tapi saat giliran pemuda ke dua dan selanjutnya, perempuan itu malah ketagihan.

Group lawak itu mendapat protes dari banyak kalangan. Karena mencerminkan ketidaksensitifan mereka terhadap korban-korban pemerkosaan. Nah dua ciplikan di atas juga menunjukkan betapa tidak sensitifnya penulis novel ini terhadap perasaan orang yang tertawa seperti digambarkan di novel dan keluarga yang mempunyai anak seperti itu. Kebetulan saya mempunyai teman yang anaknya autis. Dan dia merasa sakit hati, teriris dengan cerita itu.

Itulah perlakuan sosok pahlawan/malaikat dalam novel KCB!
(Mudah-mudahan adegan seperti ini tidak ada dalam film KCB 2, walaupun ketidaksensitifan (diskriminasi terhadap bule) telah ditunjukkan dalam film KCB, yang saat ini sedang beredar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar