Selasa, 30 November 2021

Tak Bisa Masuk KB Ragunan, Kebun Bunga pun Jadi

Dua kali Hanin kecewa tak bisa masuk Kebun Binatang Ragunan. Pertama pada Agustus 2020. Saat itu, belum setahun pandemi Covid 19 melanda Indonesia. Walaupun KB Ragunan sudah bisa menerima pengunjung tapi anak-anak masih dibatasi. Yang bisa masuk orang dewasa dan anak usia sembilan tahun ke atas.
Saya, istri dan Hanin tentu saja kecewa dan sedih, jauh-jauh dari Brebes dengan penuh harapan bisa mengenalkan banyak binatang di sana tapi gagal. Kami tak bisa berbuat apa-apa. Saya dan istri hanya bisa menghibur dan mengalihkan perhatian Hanin. Saat itu saya mengajak Hanin bermain skuter di Sahabat Kecil Preschool.

Kesempatan kedua hari Minggu kemarin (19/12). Hanin datang ke Jakarta ingin bertemu saya setelah sebulan setengah berpisah. Sekalian liburan mumpung lagi libur sekolahnya

Salah satu agenda pentingnya adalah berkunjung ke Kebun Binatang Ragunan. Hanin berulang kali menegaskan bahwa anak-anak sudah boleh berkunjung ke sana. "Hanin kan sudah lima tahun ayah, jadi sekarang boleh main ke Ragunan," ucapnya.

Sebelum berangkat ke Jakarta memang Hanin sudah bertanya ke ibunya, apakah anak-anak sudah boleh main ke KB Ragunan. Berdasarkan informasi yg diperoleh istri saya, sudah boleh. Hanin sangat senang, momen yg dia tunggu selama setahun lebih akan terealisasi. Maka penegasan pertama yg disampaikan Hanin ke saya main ke KB Ragunan.

Hanin dan istri saya sampai ke Jakarta Minggu pagi, sekitar jam enam. Setelah istirahat kami bersiap dan bergegas menuju KB Ragunan. Kami berangkat jam 12.30 dari Sunter Jakarta Utara. Sepanjang jalan Hanin terlihat gembira sekali. Setelah sampai di kawasan KB Ragunan Hanin pun sudah gak sabar. Meminta saya cepat parkir motor dan bergegas ke pintu masuk. "Ayah cepet ayah, Hanin pengin cepet lihat binatang-binatang itu," ucapnya dengan penuh semangat.

Kami segera menuju pintu masuk dan penjualan tiket. Sesampainya di pintu masuk kami diminta menunjukkan barkot. Saya dan istri mengira yang dimaksud adalah barkot vaksin, tapi ternyata bukan. "Barkot pemesanan tiket online Pak, ujar petugasnya. "Emang harus online Pak, gak bisa beli tiket langsung? Tanya saya. "Tidak pak, harus pesan online dulu, karena pengunjungnya tetap harus dibatasi, jawab petugas.

Hati dan pikiran saya berkecamuk. Begitu juga istri. Dua kali Hanin akan kecewa. Kami berdiam. Mengajak istri saya duduk, menenangkan pikiran Hanin saya peluk dengan erat, lama. Air mata saya terasa berlinang.

Dengan suara lirih saya berkata. "Sayang, maafkan ayah ya, maafkan ibu ya, kita belum bisa masuk ke dalam, ayah gak tahu harus pesan online dulu," ujar saya

Hanin diam. Tak lama dia merengek. "Enggak, enggak mau, Hanin ingin ke sana," tegasnya dengan nada tangisan. Kami tetap diam. Terus ibunya berkata. "Iya, nanti kita ke sana. Tapi bukan sekarang, besok kita balik lagi ke sini. Hanin kembali diam.

Saya masih memeluk Hanin, merasakan degup jantungnya. Tak lama saya berujar lagi. "Sekarang terserah Hanin, Hanin maunya apa?" Tanya saya. "Pulang saja, tapi Hanin dibeliin tempat HP yang buat moto di kolam renang. Biar kalau Hanin renang, ibu bisa moto Hanin," ucapnya. "Oke oke oke," jawab saya dengan semangat.

Kami segera bergegas ke tempat berjualan aksesoris HP di pinggir jalan sekitar kawasan KB Ragunan. Nada riang Hanin pun sudah terasa. Setelah kami beli, Hanin minta HP saya, segera dia masukkan ke tempat itu dan dia yg ingin bawa. "HP ayah dibawa Hanin aja," tegasnya. Saya pun mempersilahkan. Hanin senang.

Nah saat kami beli kantong HP tersebut penjualnya bilang bahwa sekitar 100 meter dari situ ada kebun anggrek, bisa jalan-jalan dan foto-foto di sana. Kami pun bergegas.

Dan benar saja, kami mendapatinya. Kami lihat banyak orang yg juga sedang melihat-lihat bunga. Sebagian membelinya. Kami pun kemudian berfoto ria. Raut sedih Hanin sudah tidak terlihat. Kami jajan di tukang jajan keliling. Kami diajak ngobrol sama orang-orang di sana. Bahkan ada yg memberi kami jambu air.

Setelah itu, kami mampir ke tempat kerja kakak istri saya, yg kami panggil uwa. Kebetulan uwa saat itu sedang ngajak jalan-jalan anjing piaraan. Hanin senang, dan ikut jalan-jalan muter komplek perumahan menuntun anjing-anjing itu. Yg kami kaget, Hanin berani menuntun anjing itu sendiri. Kembali kami lihat wajah riang Hanin.

Menjelang malam tiba kami pulang ke Sunter. Sengaja saya ajak lewat jalan Sudirman dan Thamrin. Ingin menunjukkan ke Hanin gemerlapnya kota Jakarta. Diperlihatkannya gedung-gedung gedung-gedung tinggi di sepanjang jalan itu. Hanin senang melihatnya. Sepanjang jalan Hanin ngoceh. "Ayah, Hanin ingin naik ke gedung itu, gedung itu juga, gedung itu juga ayah," ucapnya sambil nunjuk gedung-gedung yg dia mau. Jadilah kami berfoto ria di beberapa tempat sepanjang jalan Sudirman - Thamrin.

Kami sudah melupakan kekecewaan hari itu. Kami pulang dengan rasa bahagia. Waktu sampai di rumah Hanin ditanya sama kakak saya, gimana jalan-jalannya Hanin? Dengan tegas menjawab "Seru!"

"Ayah, Hanin tetap pengin ke kebon binatang, biar Hanin bisa mengenal hewan-hewan," ingat Hanin kepada saya. "Iya iya, ayah gak lupa," jawab saya. Hanin pun lega. Saya dan istri bahagia.

Sunter, 20 Desember 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar