Senin, 07 Maret 2016

Efek Bahagia dan Kesehatan dari Sebuah Pelukan

Satu moment yang tidak pernah bisa saya lupakan dalam hidup saya adalah saat terakhir berkebersamaan saya dengan ibu, sebelum kematiannya. 

Ibu saya tinggal di kampung Malahayu, Brebes. Karena ada keperluan dia datang ke Jakarta. Beberapa hari di Jakarta saya menemani ibu pergi ke beberapa tempat. 

Saat itu, ibu memang kondisinya tidak terlalu sehat. Malam terakhir sebelum kami berpisah, saya menemani ibu menginap di rumah paman, di daerah Bintaro. Besok pagi ibu akan pulang ke rumah kakak di Sunter, selanjutnya akan pulang kampung. 

Malam itu sakit ibu kambuh. Badannya menggigil, kepalanya terasa pusing dan perutnya mual-mual. Beberapa kali dia muntah. Saya membelikan obat untuk ibu dan beberapa kali memijatnya malam itu. Besok paginya, ibu terlihat lebih segar, badannya pun sudah tidak menggigil. Karena itu saya kemudian mengantarkan ibu ke Sunter, sekalian berangkat kerja.

Karena rumah kakak masuk ke gang, taksi yang kami tumpangi tidak bisa masuk sampai depan rumah kakak. Juga karena saya langsung berangkat kerja, maka kami berpisah di depan mulut gang menuju rumah kakak. Ibu berjalan ke rumah kakak sekitar 300 meter dari tempat taksi berhenti. Tidak disangka, itulah pertemuan terakhir kami.

Lumrah, peristiwa seperti itu menjadi selalu diingat karena itu adalah moment terakhir dengan sosok yang sangat kita cintai. Mungkin semua orang yang mengalami peristiwa seperti itu akan selalu mengingatnya juga. Tapi bagi saya peristiwa itu bukan sekedar karena itu adalah pertemuan terakhir, tapi karena saat itu ibu memeluk saya. Sesuatu yang saya dambakan selama ini. 

Waktu itu saya sedang gemar-gemanya membaca buku Chicken Soup for The Soul karya Jack Canfield dan Mark Victor Hansen. Pada beberapa buku yang saya baca itu, penulis menekankan sekali pentingnya berpelukan, karena itu akan memberikan efek bahagia bagi orang yang melakukannya. Sayapun terpengaruh, saya mendambakan sekali mendapat pelukan dari orang-orang yang saya cintai.

Beberapa kali saya ingin memulai kepada ibu dan bapak saya, tapi karena bukan kultur masyarakat Indonesia maka saya menjadi sungkan melakukannya. Seolah-olah ada pembatas bagi saya untuk melakukannya. Sehingga dibanyak moment saya melewatkannya.

Tapi pagi itu seolah pembatas itu hilang. Setelah saya memegang tangannya dan menciumnya saya berinisiatif memeluknya. Tanpa disangka ibu meresponnya. Saya pun semakin erat memeluknya. Beberapa saat kami berpelukan, ibu mencium kening saya dan kami pun berpisah dengan berlinang air mata.

Pagi itu saya merasa bahagia sekali. Sayangnya, ternyata itu adalah pelukan terakhir ibu. Walaupun begitu saya merasa beruntung sekali, karena dalam hidup saya pernah merasakan berbahagianya dipeluk ibu. Itulah alasan kenapa saya selalu mengingat peristiwa itu.

Sejak itu saya selalu berusaha untuk memeluk bapak ketika bertemu, setelah kami lama berpisah atau saat kami akan berpisah lama. Selain bapak, yang sudah merespon ajakan untuk berpelukan adalah kakak. Walaupun hanya pada moment-moment tertentu saja.

Kini, saat sudah punya istri saya selalu minta untuk memeluknya. Tapi karena istri juga belum terbiasa, dia masih canggung melakukannya, terutama kalau di tempat-tempat umum. Saya memakluminya. Terkait masalah ini, sama juga dengan berjabat tangan.  

Banyak orang sudah tahu bahwa berjabat tangan yang bisa menimbulkan keakraban, atau penghormatan itu dengan saling mengencangkan pegangan tangannya. Tapi karena ada ketakutan akan menimbulkan kesan jail, banyak orang memilih tidak melakukannya. Akhirnya mereka hanya sekedar menempelkan tangannya saja. Itu juga yang terjadi dengan pelukan. 

Padahal selain menciptakan efek bahagia, pelukan juga dalam perspektif kesehatan mempunyai efek manfaat yang sangat besar. Banyak ahli telah melakukan penelitian tentang ini. Dari hasil penelitiannya setidaknya ada tujuh manfaat berpelukan bagi kesehatan. Seperti ditulis di Kompas.com yang mengutip Boldsky.com.

Berikut ketujuh manfaat tersebut.
  1. Berpelukan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dengan begitu, tubuh akan terlindungi dari infeksi. Hal itu karena berpelukan dapat mengurangi stres yang menyebabkan penurunan sitem kekebalan tubuh seseorang.
  2. Berpelukan bisa menghilangkan rasa nyeri. Menurut para ilmuan, berpelukan memicu pelepasan hormon oksitosin yang dapat meningkatkan suasana senang dan membuat rasa nyeri berkurang.
  3. Berpelukan juga memicu pelepasan hormon dopamin. Menurut para ahi, hal ini dapat meningkatkan libido. Selain itu, berpelukan akan membuat hari yang melelahkan menjadi lebih rileks.
  4. Pelukan sangat tepat dilakukan kepada orang yang sedang menghadapi masalah. Dekapan yang erat dapat mengurangi rasa cemas dan kembali meningkatkan kepercayaan diri seseorang.
  5. Berpelukan bisa mencegah depresi, mencegah maupun menghilangkan stres. Efek baik ini jterjadi karena adanya pelepasan hormon oksitosin yang membuat seseorang merasa lebih bahagia.
  6. Salah satu manfaat luar biasa dari berpelukan, yaitu mengurangi risiko penyakit jantung. Menurut beberapa ahli kesehatan, pasangan yang memiliki kehidupan romantis dengan saling memberikan pelukan dapat menurunkan risiko sakit jantung.
  7. Pelepasan hormon oksitosin saat berpelukan membawa banyak manfaat. Salah satunya dapat menurunkan tekanan darah. Saat hormon oksitosin meningkat, hormon kortisol atau hormon stres menurun sehingga tekanan darah juga menurun.
Masih ragu untuk berpelukan? Mudah-mudahan tidak. 

Terima kasih, semoga tulisan ini bermanfaat. Tolong share kalau ini baik menurut Anda,

Pasar Minggu, 7 Maret 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar