Sabtu, 09 Januari 2016

Hendra, Kebaikan dan Dinamika Persahabatan Dengannya.

Saya punya sahabat namanya Hendra Setiawan, tapi belakangan  dia lebih suka menyebut namanya dengan Hendra Makinen. Beberapa teman menduga penggantian nama belakangnya itu karena Hendra adalah penggemar Tommi Makinen, pembalap mobil asal Finlandia. Tapi katanya bukan. “Kalau begitu apa dong?”  tanya saya. ”Makinen itu artinya makin keren,” jawabnya. Saya terdiam mendengar jawaban itu.
Hendra orangnya unik, terutama karena dia pintar “ngeles”. Kalau dia dipojokkan oleh teman-teman selalu saja dia bisa menjawab dengan jawaban yang nyeleneh dan tidak terduga. Contohnya saat ditanya kenapa dia masih betah membujang. Dengan santai dia menjawab. “ Itu karena iman gua kuat,” ujarnya.

Selain itu Hendra juga suka mencitrakan diri sebagai orang yang tidak taat beragama. Saat masih aktif di Youth Islamic Study Club (YISC) Al-Azhar dia sering nongol tidak lama setelah adzan maghrib. Bukannya segera bergegas ke masjid malah duduk pesan minuman dan kemudian  merokok.
Saat teman-teman mulai bermunculan setelah salat maghrib dan tidak melihat Hendra shalat di masjid diantara teman ada yang bertanya ke Hendra, “Gak maghrib Dra?” Dia menjawab, “Enggak, emang  wajib?” Gak mau berdebat panjang teman-teman memilih tidak mendebatnya. Tapi sebenarnya dia sudah shalat.

Di luar sifatnya yang nyeleneh Hendra adalah teman yang baik, sangat care terhadap teman-teman. Hendra mungkin salah satu teman yang paling sering mengantar teman-teman cewek pulang ke rumahnya karena kemalaman setelah beraktivitas di YISC. Dia lakukan bukan karena dia sedang mengincar atau naksir cewek yang diantar tersebut, tapi karena dia memang care.

Kebaikan Hendra  yang lain adalah perhatiannya terhadap teman-teman yang tertimpa musibah kematian. Hendra selalu meluangkan waktu untuk melayat atau takziah. Seringkali bahkan tidak hanya sekedar melayat atau takziyah, tapi ikut terlibat mengurus pemakaman jenazah.  Seperti saat orang tua Hanafi meninggal dunia.

Saat itu Hendra ikut sibuk mengurus surat-surat kematian, dari RT/RW dan kelurahan, bahkan sampai mendapatkan kepastian tempat untuk pemakamannya. Dia  baru pulang setelah jenazah dibawa ke tempat pemakaman.

Pun begitu saat ketua Takmir Masjid Al-Azhar, Pak Amliwazir meninggal. Hendra ikut berjibaku, membantu mengurus pemakamannya, padahal saat itu adalah hari raya Idul Fitri. Alih-alih merayakan Idul Fitri, Hendra memilih membantu keluarga Pak Amli mengurus pemakamannya.
Terakhir saat orang tua Sugeng meninggal dunia. Saat itu saya datang bersama dia ke rumah Sugeng. Kami datang saat jenazah tinggal dishalatkan dan dibawa ke pemakaman. Saat jenazah akan dibawa ke Mushala untuk dishalatkan, Hendra ikut berusaha menggotong jenazahnya, bersama keluarga Sugeng dan tetangga-tetangganya.
Begitupun saat jenazah digotong dari Mushala ke mobil yang akan membawanya kepemakaman, Hendra tetap berusaha membantu, walaupun pada akhirnya dia hanya bisa memegangi, karena tidak bisa mengimbangi ketinggian orang lain sudah lebih dahulu memikulnya.
Dinamika Persahabatan Saya dengan Hendra
Di antara teman-teman YISC yang lain, mungkin saya paling dekat dengan Hendra. Beberapa teman sering menggoda seolah kami “berpacaran”. Tentu itu hanya bercanda saja, karena saya dan Hendra bukanlah kelompok cowok-cowok yang suka jeruk makan jeruk.
Ada beberapa pengalaman lucu selama saya berteman dengan Hendra, salah satunya skandal PU. Ini sebenarnya menjadi rahasia kami berdua. Karena kalau teman-teman tahu bisa menjadi “aib”, tapi enggak apa-apa saya ceritakan. Lucu-lucuan saja.
Suatu kali saya akan curhat sama Hendra. Karena rahasia kami tidak mengajak teman-teman yang lain. Kepada teman-teman kami pamit untuk pulang, tapi sebenarnya kami hanya pergi ke samping kantor Pekerjaan Umum (PU). Agar tidak terlihat oleh teman-teman yang lain kami parkir di tempat yang relatif gelap. 
Dengan tetap di dalam mobil kami mulai ngobrol. Baru sekitar 15 menit tiba-tiba mobil kami ada yang mengetuk. Ternyata seorang polisi. “Sedang apa kalian,” tanya polisi itu. “Lagi ngobrol Pak,” jawab saya. “Kok ngobrol di tempat gelap-gelap gini, kayak orang lagi pacaran saja,” ucapnya.  “Enggak Pak, bener, kami hanya ngobrol,” jawab saya.
“Coba lihat KTP kalian,” perintahnya. Tanpa membantahnya kamipun mengeluarkan KTP. Setelah dilihat kemudian dikembalikan lagi.
“Jangan di tempat gelap ginilah kalau mau ngobrol, pindah sana,” perintahnya. Hendrapun kemudian menjalankan mobilnya. Tapi yang Hendra dilakukan bukannya pergi jauh dari tempat itu, atau pindah ke tempat yang lebih terang dia hanya mumutari kantor PU, dan kembali  ke tempat yang tidak jauh dari tempat semula, yang juga gelap.  Dalam pikiran Hendra polisi itu tidak mungkin kembali lagi. Dan memang kami lihat polisi itu pergi ke arah jalan Jenderal Soedirman dengan mobil patrolinya.
Kamipun melanjutkan obrolan yang  tadi terputus. Tapi sekitar 30 menit kemudian kembali mobil kami ada yang mengetuk. Dan ternyata polisi yang sama. “Kalian lagi” dengan nada tegas. “Pergi-pergi sana, jangan di sini, sekali lagi saya lihat di sini, kalian saya bawa ke kantor polisi,” ucapnya.
Tak mau ambil resiko akhirnya kamipun pergi ke dari tempat itu. Kalau sampai kami dibawa ke kantor polisi, pasti itu menjadi pengalaman yang sangat memalukan, yang tidak pernah bisa dilupakan.
Selain pengalaman-pengalama lucu, persahabatan kami juga diwarnai pertengkaran. Bukan hanya bertengkar mulut, pernah sampai akan saling lempar botol aqua yang masih berisi air. Meja sudah saya gebrag, tapi untung dilerai oleh Ujang dan Fuad teman di LPK Al-Azhar. 
Pemicunya sederhana, karena perbedaan hari lebaran. Hendra mengikuti hari lebaran sesuai perhitungan hisab yang dilakukan Muhammadiyah dan lembaga lainnya. Saya mengikuti hari lebaran sesuai perhitungan pemerintah dan Nahdlatul Ulama (NU).
Sudah 15 tahun lebih saya bersahabat dengan Hendra, satu hal yang ingin saya sampaikan kepadanya bahwa saya tidak menyesal bersahabat dengannya. Dan mudah-mudahan persahabatan kami tidak pernah terputus.
Dihari ulang tahunnya, saya ingin berdoa tulus untuknya.  Sahabat, Selamat Ulang Tahun, semoga Allah selalu memberikan kesehatan, kebaikan, rezeki dan jodoh yang sesuai hasratnya.  Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar