Kamis, 20 Oktober 2011

Kesan Saat di SMP 2 Banjarharjo

Ting. Komputerku bunyi menandakan sebuah pesan chat masuk di halaman facebook (FB) ku. Setelah kulihat ternyata ada pesan dari Utis Sutisna, teman karib saat di SMP 2 Banjarharjo, Brebes. Berteman dengan Utis di FB sebenarnya sudah agak lama, tapi belum intensif bertegur sapa, hanya beberapa kali mengirim pesan, menanyakan kabar dan memastikan orang yang aku add atau confirm benar teman SMP. Setelah itu tidak ada komunikasi lagi. Di samping karena dalam beberapa waktu terakhir ini, aku jarang mengakses FB.

Beberapa saat kami ber-chatting ria, sampai kemudian Utis inisiatif menelpon ku. Informasi penting yang aku dapat dari Utis adalah bahwa sudah ada groups alumni SMP 2 Banjarharja angkatan 90. Sambil mengerutkan kening, bertanya dalam hati, benar ya angkatan 90? Setelah itu aku coba menghitung sudah berapa lama tidak bertemu dengan teman-teman SMP-ku. “21 tahun!” Gumamku dalam hati. “Lama juga!”

Sesaat kemudian, teringat beberapa waktu yang lalu, aku dua kali mengisi acara reunian temanku. Pertama reuni alumni SMP Al Islam Solo angkatan 83, di Solo, 20 tahun lebih mereka tidak bertemu. Kedua, reuni SMP2 Palembang angkatan 80an juga, di Palembang. Temanku yang kedua lebih lama tidak bertemu, 30 tahun!

Heboh, pasti. Dan walaupun aku bukan salah satu dari teman-teman mereka, aku ikut merasakan senang dan gembiranya bertemu dengan teman-teman lama. Saat mereka bertemu, mereka saling pandang, masing-masing suruh menerka siapa orang dihadapannya. Ada yang langsung bisa dikenali. Tapi ada yang sampai lama baru bisa menerka atau akhirnya bertanya kepada teman lainnya. Banyak cerita-cerita yang dulu memalukan terungkap dan menjadi cerita lucu. Tentu saja ada hal-hal yang tak terduga, anak yang waktu sekolah ‘badung’ saat ini menjadi ustad, dll. Yang lebih lucu lagi, saat melihat dua orang yang saat sekolah berpacaran kemudian bertemu, ehemm…ehemmmm. 

Oh iya, sekedar perkenalan saja, kenapa aku mengisi reunian. Walaupun bukan profesi resmi, saat ini aku beberapa kali menjadi trainer atau fasilitator untuk acara-acara seperti outbond, outing atau sekedar reunian. Jadi kalau kantor teman-teman ada yang mau bikin training panggil aku aja, honor bisa dinego. Hehehehe .

Kembali ke cerita awal. Tentu saja setelah mengisi reunian, selalu ada keinginan untuk reunian juga. Tapi selalu mentok karena setiap searching di internet tidak pernah terlacak ada groups SMP 2 Banjarharjo yang satu angkatan. Ada groups SMP 2 Banjar, tapi groups umum, yang orang-orangnya tidak dikenal. Kalau enggak salah hanya ada Casmin dan Yus yang aku kenal. Sementara teman-teman SMA lebih tidak terlacak rimbanya.

Obrolan dengan Utis membuka harapan itu. Tapi setelah aku lihat groups-nya, anggotanya baru 22 orang. Tapi tak apalah, mudah-mudahan dalam dekat, teman-teman yang lain bisa bergabung.

Sambil menunggu bisa bereuni, aku ingin mencoba mengenang hal-hal yang berkesan saat sekolah di SMP 2 Banjar. Mudah-mudahan teman-teman yang lain juga mau bercerita. Mungkin bisa menjadi pemicu untuk kita mengadakan reuni.

Yang Paling Diingat
Apa atau siapa yang paling diingat saat sekolah di SMP 2 Banjar? Kalau itu ditanyakan kepadaku, aku akan menjawab Pak Regi. Pasti teman-teman ingat siapa Pak Regi. Guru matematika yang dianggap galak saat itu. Orangnya kurus dan mukanya selalu serius. Setahuku hampir semua dari kita segan berurusan dengan dia. Di samping pelajarannya yang bikin kita mumet, juga bentakannya membuat dada berdebar-debar. Seingatku teman-teman menjuliki dia dengan sebutan “Paman Harimau”.

Ada kejadian lucu yang masih terekam dalam benakku, seingatku waktu kelas 2 dan aku di kelas 2C. Saat itu Pak Regi memberikan PR. Pada hari dia mengajar sebelum bel berbunyi teman-teman sudah masuk ruang kelas dan masing-masing sibuk mengerjakan PR matematika yang belum selesai dikerjakan.

Tidak lama setelah bel berbunyi Pak Regi masuk, kelas menjadi hening. Beberapa saat setelah dia duduk Pak Regi bicara. “Buka PR-nya, siapa yang bersedia maju ke depan?” tanyanya. Tidak ada yang bergerak. Kemudian Pak Regi berdiri dan berjalan menuju lorong diantara meja. “Kamu maju”, perintahnya saat itu kepada Taryo. Dengan sedikit gugup Taryo menjawab, “belum Pak”, jawab Taryo. “Ya sudah kamu kerjakan di depan”, perintahnya. Taryo tidak berani membantah lagi, dia maju dengan membawa buku PR yang belum dia kerjakan.

Di depan Taryo mulai menuliskan soal PR, tapi setelah soalnya selesai, Taryo tidak juga mengerjakan jawabannya, dia hanya berdiri menghadap papan tulis sambil memegang kapur. Sementara Pak Regi berjalan mendekat dan duduk di kursinya, sambil melihat apa yang dilakukan Taryo. Tentu saja Taryo menjadi salah tingkah diperhatikan Pak Regi. Sementara teman-teman di depannya memperhatikan Taryo dengan tawa yang ditahan.
Taryo ikut tertawa, Pak Regi melihatnya. “Kenapa kamu tertawa? Sudah salah malah cengar cengir!” sergahnya. Sejak itu sergahan Pak Regi menjadi lelucon diantara kami. Terutama Dayat yang sering godain Taryo.

Yang Bercinta saat SMP
Masa SMP adalah juga masa puber. Mulai ada ketertarikan terhadap lawan jenis. Beberapa bulan setelah mamasuki SMP, mulai dapat informasi bahwa si A pacaran dengan si B. si C naksir si D, dll. Tapi seingatku saat kelas 1, yang paling heboh adalah kisah cinta Utis Sutisna dangan teman bernama Widi. Aku enggak sekelas dengan Utis dan si Widi, aku kelas B, kelasnyapun jauh karena saat itu Utis kelas D, terpisah oleh lapangan, tapi hembusan kisah cintanya sampai ke ruangan kelas B.

Bisa dimaklumi kisah cinta Utis menjadi konsumsi public, karena Utis adalah salah satu anak berprestasi, sehingga banyak dikenal oleh teman-temannya, rengking 2 seingatku saat itu. Tapi tak tahu kenapa memasuki kelas dua, tersiar kabar Utis putus dengan Widi.

Kisah cinta yang menjadi konsumsi public lainnya adalah kisah cinta Midin (kalau enggak salah namanya Midin-anak Ciawi) dengan salah satu adik kelas yang aku lupa namanya. Enggak tahu kenapa, cerita mereka menjadi konsumsi public. Tapi memang seingatku ceweknya bintang angkatannya. Tapi aku enggak terlalu tahu cerita mereka, cuma tahu dan dengar saja. Kisah cinta yang lain adalah Yus dan Masruri. Tapi kemudian mereka juga putus saat kelas 2.

Heboh Keluarga Utis dan Ade
Waktu SMP Utis Sutisna, Parlina dan Ade Riyanto, mungkin tiga orang yang relative dekat denganku. Dekat dalam arti kami sering bersilaturrahmi, minimal saat lebaran. Dan kami saling tahu orang tua masing-masing, karena pernah saling main ke rumah. Kecuali mungkin Parlina. Ada peristiwa yang membuat kami dekat. Saat itu kelas 2. Utis dan Ade ingin main ke Waduk Malahayu. Akhirnya hari tertentu kami berangkat ke Waduk Malahayu setelah pulang sekolah.

Tidak direncanakan, kami bermain di Waduk Malahayu sampai agak malam, sehingga tidak memungkinkan Ade dan Utis pulang. Akhirnya Ade dan Utis memutuskan nginap di rumahku. Waktu itu alat komunikasi tidak secanggih sekarang, sehingga Ade dan Utis tidak bisa memberi kabar kalau dia nginap di rumahku.
Tanpa sepengetahuan kami, ternyata orang tua Utis dan kakaknya Ade mencari-cari, dan sampai ke Malahayu. Banyak orang ditanya, sehingga hari esoknya banyak orang menyampaikan ke aku ada orang entah dari mana mencari-cari aku.

Sejak itu kami menjadi dekat, sering Utis dan Ade main ke Malahayu, terutama kalau lebaran. Mampir ke rumah aku dan Parlina. Sesekali ke rumah Ratnaningsih (Cicih). Aku juga beberapa kali main ke rumah Utis dan Ade.

Dayat Sang Superstar
Dayat mempunyai tampang lucu. Sehingga kalau dia terlihat serius malah membuat orang tertawa. Di samping kelucuannya yang selalu diingat dari dia adalah saat dia tampil sebagai sang superstar Rhoma Irama.

Waktu itu perpisahan kakak kelas. Setelah berbagai acara seremonial dan beberapa hiburan, Dayat dan kawan-kawan naik ke panggung. Kelucuan Dayat membuat teman-teman lain heboh, apalagi saat itu dia mengenakan kostum selayaknya Rhoma Irama.

Musik di mulai berdentang, Dayat dan kawan-kawan mulai bergoyang. sesaat kemudian Dayat meneriakkan; “Judi, menjanjikan kemenangan”. Dayat dan teman-teman melakukan lip sing. Gaya Dayat dan teman-teman membuat penonton terpingkal-pingkal, dan terkesan dengan penampilan mereka. Tahun berikutnya mereka melakukan hal yang sama, dengan lagu yang dinyanyikan berdujul Sumbangan. Sama seperti tahun sebelumnya, penampilan mereka menjadi hiburan yang mengesankan.

Lelucon Garing Edi Junaedi
Edi kalau enggak salah berasal dari Dukuh Sawah, satu desa dengan Cahyadi. Kabar terakhir yang aku tahu tentang Edi, katanya dia kuliah di kedokteran. Tapi enggak tahu pasti. Aku selalu mengingat Edi karena suatu saat dia memberikan tebakan yang ‘garing ’ kepada beberapa teman. Enggak tahu awalnya gimana tiba-tiba Edi memberikan pertanyaan. “Kenapa hayo orang yang naik sepeda kalau mau belok memberikan tanda dengan melambaikan satu tangan?”. Diantara kami ada yang menjawab, tapi selalu semua jawaban dia anggap salah, sampai kemudian dia memberikan jawaban. “Kalau memakai dua tangan berarti enggak bisa belok”.

Yang Sudah Meninggal
Umur memang menjadi rahasia Tuhan. Kita tidak pernah bisa menebak sampai umur berapa kita hidup. Juga umur teman-teman kita. Tiba-tiba saja khabar terdengar si A atau si B meninggal. Setahuku ada dua teman angkatan kita yang sudah meninggal. Pertama Suharningsih. Dia berasal dari Malahayu, satu SD dengan ku. Waktu SMP seingatku pernah juga sekelas dengan dia, tapi lupa kelas berapa. Enggak ingat persisnya bulan dan tahun berapa dia meninggal, tapi seingatku tahun ke dua atau ke tiga setelah lulus SMP.

Yang kedua Wiwi, adiknya Budi, nama lengkapnya lupa. Berasal dari Banjarharjo. Yang menyedihkan dia meninggal karena sebuah kecelakaan motor di daerah Ciledug, yang ternyata dekat dengan rumah kakak sepupuku. Tapi saat kejadian itu aku tidak tahu, hanya dapat cerita beberapa minggu setelah kejadian. Seingatku dia meninggal tidak lama setelah lulus SMA.

Mari kita berdoa agar mereka diterima di sisi-Nya.

Salam
Warsa Tarsono

1 komentar:

  1. kapan atuh bisa nengok almamater. sy jg alumni smp 2 n skrg lgi dberi amanh memimpin sskolh ini.

    BalasHapus