Senin, 01 November 2010

Anak Jalanan dan Keperdulian Kita

Sengatan panas sinar matahari yang membakar kulit tidak mereka perdulikan. Saat lampu lalu lintas berwarna merah mereka segera saja menghampiri mobil-mobil yang berhenti. Dengan modal tepukan tangan, kecrekan atau gitar yang sering kali sudah usang, mulai bernyanyi. Lambaian tangan dari orang yang berada di dalam mobil, yang menandakan menolak memberikan uang sering mereka terima. Tapi itu tak menyurutkan mereka. Mereka pindah ke mobil lain, pindah lagi ke mobil lain, sampai kemudian lampu lalu lintas berubah menjadi hijau, mereka berjalan ke pinggir jalan.

Sebagian anak-anak menghitung uang yang mereka peroleh, sebagian yang lain hanya menarohnya di kantong. Setelah itu mereka kembali menunggu lampu menjadi merah. Sambil menunggu, mereka mengobrol, sesekali mereka terlihat tertawa. Pemandangan tersebut sering kita saksikan di banyak lokasi lampu lintas di Jakarta.

Anak-anak seperti mereka sering kita lihat juga di kendaraan umum, memainkan alat musik seadanya dan bernyanyi. Mereka kadang sendiri, kadang berdua dan kadang lebih dari dua anak. Mereka adalah anak-anak jalanan yang mencari uang dengan berharap kepada orang-orang yang murah hati memberikan uang recehnya. Uang-uang receh tersebut menjadi modal bagi hidup mereka, baik untuk makan, beli pakaian ataupun biaya sekolah.

Anak Jalanan, Sebab dan Persoalannya

Hidup menjadi anak jalanan bukanlah pilihan mereka, melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena beberapa sebab. Tidak semua disebabkan karena kemiskinan, sebagian dikarenakan pergaulan, pelarian, tekanan orang tua, atau ada juga atas pilihannya sendiri. Walaupun sebagian besar tentu karena kemiskinan.

Apapun sebabnya, persoalan anak jalanan harus segera diselesaikan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Karena membiarkan anak-anak jalanan, selain akan berpotansi merusak kehidupan mereka sendiri, juga bisa menjadi ancaman buat masyarakat umum.

Anak-anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan nilai-nilai jalanan. Kekerasan dan penganiayaan sering mereka saksikan dan rasakan. Karena kondisi seperti itu terus-menerus mereka dihadapi dalam perjalanan hidupnya, maka pelajaran itulah yang melekat dalam diri anak jalanan dan membentuk kepribadian mereka. Ketika mereka dewasa, besar kemungkinan mereka akan menjadi salah satu pelaku kekerasan. Tanpa adanya upaya apapun, maka kita telah berperan serta menjadikan anak-anak jalanan sebagai korban tak berkesudahan.

Rindu Purnama, Upaya Membangun Kesadaran Masyarakat

Seperti anak-anak pada umumnya, anak-anak jalanan juga memiliki potensi dan bakat menjadi orang-orang berprestasi. Tidak sedikit anak-anak jalanan yang masih sekolah. Mereka berada di jalanan sesudah atau sebelum sekolah. Pada dasarnya mereka ingin mengubah hdupnya, atau ingin hidup sebagaimana orang lain.

Membiarkan mereka berjuang sendiri membangun dirinya, tentu sama saja dengan membiarkan mereka tetap di jalanan. Oleh karenanya itu, diperlukan keterlibatan dari masyarakat umum untuk membantu mereka. Beberapa kalangan sudah melakukan bantuan terhadap mereka, dengan mendirikan rumah singgah. Diantaranya adalah Yayasan Himmata di Semper Tanjung Priok dan Sanggar Akar di Jl. Kalimalang Bekasi, juga beberapa lembaga lainnya. Di rumah singgah tersebut anak-anak jalanan mendapat pembinaan juga diberikan keterampilan.

Terinspirasi untuk membantu anak-anak jalanan, Mizan Productions sedang memproduksi film yang berlatar belakang cerita anak-anak jalanan berjudul Rindu Purnama. Diharapkan penonton film tersebut akan tergerak untuk membantu anak-anak jalanan. Keterlibatan banyak kalangan membantu anak-anak jalanan, diharapkan akan memutus korban tak berkesudahan anak-anak jalanan.

Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar